Top
Begin typing your search above and press return to search.

4 Mei 1998: Kenaikan harga BBM yang berujung kerusuhan besar

Senin, 4 Mei 1998, Presiden Soeharto mengikuti saran Internatinal Monetery Fund (IMF) untuk memangkas subsidi energi. Opsi yang diambil saat itu adalah dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dari Rp 700 per liter menjadi Rp 1.200 per liter. Kebijakan tersebut menyulut aksi penolakan mahasiswa di sejumlah wilayah.

4 Mei 1998: Kenaikan harga BBM yang berujung kerusuhan besar
X
Aksi para perusuh yang melemparkan batu ke sebuah toko milik etnis Tionghoa di Medan, Sumatera Utara, pada 6 Mei 1998. (AP Photo/Charles Dharapak)

Elshinta.com - Senin, 4 Mei 1998, Presiden Soeharto mengikuti saran Internatinal Monetery Fund (IMF) untuk memangkas subsidi energi. Opsi yang diambil saat itu adalah dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dari Rp 700 per liter menjadi Rp 1.200 per liter. Kebijakan tersebut menyulut aksi penolakan mahasiswa di sejumlah wilayah.

Padahal saat itu masyarakat hampir tidak mampu membeli ‘apa-apa’. Mereka mempertanyakan peran DPR yang hanya mengangguk-angguk dengan kemauan pemerintah.

Kenaikan BBM terakhir dilakukan pada tahun 1967 dan 1968. Kenaikan BBM pada waktu itu tidak menimbulkan gejolak, dan Soeharto yakin kenaikan harga BBM tahun 1998 juga tidak akan berdampak buruk, walaupun sudah ditentang berbagai pihak termasuk DPR.

Saat itu Priyo Budi Santoso anggota DPR yang cukup gencar mempertanyakan alasan pemerintah menaikan harga BBM. Dalam sesi tanya jawab dengan pemerintah terkait kenaikan BBM Priyo meminta Kuntoro untuk mengundurkan diri menjadi menteri.

Akibat dari kenaikan harga BBM tersebut beberapa daerah terjadi kerusuhan. Kerusuhan yang cukup besar terjadi di Medan, Sumatera Utara. Aksi pengerusakan dan pembakaran terjadi selama tiga hari. Aksi destruktif tersebut melibatkan ribuan massa dan meluas ke wilayah-wilayah lain.

Menyusul redanya aksi di Medan, kerusuhan justru terjadi di kota Padang. Aksi massa itu membuat kota Gadang lumpuh. Puluhan ribu massa -- terdiri atas mahasiswa, pelajar SD, SMP, SMU, para sopir angkot, pengamen, dan masyarakat -- turun ke jalan. Di antara mereka kemudian ada yang merusak gedung-gedung seperti kantor Golkar I, ruang pamer mobil, bioskop, gedung DPRD I Sumbar, dan gedung Kanwil Pekerjaan Umum. Mereka juga merusak pusat perbelanjaan Minang Plaza, menjarah barang-barang yang ada di dalamnya dan merusak sejumlah ATM serta kantor bank.

Di Medan aksi kerusuhan telah menyebabkan enam orang tewas tertembak dan terbakar, dua luka berat, 98 luka ringan, puluhan kendaraan, dan ratusan rumah serta toko (ruko) dirusak/dibakar. Polisi menahan sebanyak 423 orang para pelaku kerusuhan dan tindak kriminal.

Kerusuhan berkelanjutan itu, praktis makin melumpuhkan kegiatan ekonomi di Sumut. Suasana kota Medan, masih tampak mencekam. Toko-toko tutup dan kegiatan perdagangan terhenti total. Kegiatan pelabuhan dan transportasi antarkota juga masih terhenti.

Tidak hanya mengakibatkan kerusuhan di Medan dan Padang. Krisis ekonomi dan kenaikan harga BBM juga berdampak ke berbagai sektor. Salah satunya sektor hiburan. Lebih dari 50 persen dari 3000 bioskop di seluruh Indonesia yang umumnya menengah ke bawah bangkrut. Karena tidak lagi mendapatkan pasokan film nasional.

Krisis ekonomi 1998 menghantam tanpa ampun. Tidak hanya hiburan, sektor pendidikan juga merasakan hal yang sama. Ada 364 lembaga pendidikan swasta di Jawa Timur setingkat Sekolah Lanjutan Atas (SLTA) sekarang SMA tutup. Saat itu pemerintahan Soeharto berusaha untuk mengatasi krisis moneter dengan meminta bantuan dari Dana Moneter Internasioanl atau IMF.

Pada 4 Mei 1998 Menko Ekuin/Kepala Bappenas Ginandjar Kartasasmita bertemu Presiden Soeharto di kediaman Jl Cendana. Dalam pertemuan tersebut Ginanjar mengatakan IMF mencairkan bantuan tahap keduanya, senilai hampir tiga miliar dolar AS. Tapi, dana itu tidak akan dipakai untuk intervensi pasar guna mendongkrak nilai tukar rupiah. Ia mengatakan bantuan IMF hanya digunakan untuk memperkuat cadangan devisa dan neraca pembayaran.

Nyatanya krisis ekonomi tak kunjung reda. Dan aksi-aksi mahasiswa semakin intens dilakukan di berbagai daerah. (Berbagai sumber)

Sumber : 9

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire