Elshinta.com - Sejak kerusuhan meletus pada Rabu (13/5/1998), suasana Jakarta masih mencekam. Kawasan pertokoan tutup di mana-mana. Dalam kerusuhan tersebut, anak-anak, remaja, pelajar, orang dewasa, dan juga ibu rumah tangga menjarah barang di toko, supermarket, dan pusat-pusat perbelanjaan.
Kawasan perumahan Modernland Cipondoh Tangerang dan rumah penduduk lainnya juga tak luput disatroni perusuh dan menjarah segala isinya. Geraja Pentakosta dan HKBP di Tangerang diserang perusuh. Gereja Sion di Jakarta juga dirusak. Sejauh ini, dari puluhan ribu pengacau, aparat keamanan baru menangkap 240 perusuh dari berbagai tempat seperti Jatibaru, Tanah Abang, dan Jakarta Pusat.
Solo dan Palembang juga dilanda kerusuhan disertai perusakan yang sama seperti di Jakarta. Di Solo, amuk massa terjadi sepanjang siang hingga petang, membuat kota Solo rusak parah. Sedikitnya 16 bangunan besar seperti pertokoan, show room mobil, hotel berbintang, dan rumah makan dibumihanguskan. Beberapa kendaraan dibakar, begitu pula kantor-kantor pemerintahan dan swasta.
Di Palembang, aksi pelemparan ke pertokoan berlangsung dua hari. Di daerah lain, sejumlah aksi masih relatif damai, sebagian besar diisi aksi keprihatinan para mahasiswa. (Media Indonesia dan Pikiran Rakyat, 15 Mei 1998)
Sumber: tirto.id