Dua sekolah di lereng Gunung Merbabu jadi sekolah penggerak
Elshinta.com, Meski jauh dari pusat kota Kabupaten, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 di lereng Gunung Merbabu, Kecamatan Gladaksari, Kabupaten Boyolali, JawaTengah terus berbenah dan menggelar sejumlah kegiatan.

Elshinta.com - Meski jauh dari pusat kota Kabupaten, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 di lereng Gunung Merbabu, Kecamatan Gladaksari, Kabupaten Boyolali, JawaTengah terus berbenah dan menggelar sejumlah kegiatan.Hal ini dilakukan guna mengetahui bakat dan kemampuan siswa siswi dalam program Kurikulum Merdeka.
Pengawas Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Gladaksari Boyolali, Sudarwati mengatakan, hingga saat ini di Kecamatan Gladaksari ada dua sekolah dasar yang masuk dalam sekolah penggerak, masing-masing SDN 2 Kembang dan SDN 1 Ngagrong.
"Dengan sekolah penggerak ini diharapkan dapat menjadi contoh SD-SD lainnya di kecamatan Gladaksari dan Kabupaten Boyolali umumnya. Masing-masing sekolah harus bersinergi guna membawa perubahan ke depan dalam bidang pendidikan di Gladaksari," kata Sudarwati, seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sarwoto, Jumat (13/1).
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Kepala SDN 2 Kembang, Mulyadi mengatakan, SDN 2 Kembang sebagai sekolah penggerak melakukan kegiatan seperti ini bekerjasama dengan sejumlah pihak terkait. Di antaranya dengan komite, paguyuban, wali murid, karang taruna dan masyarakat sekitar.
"Kegiatan yang kita lakukan dalam rangka sebagai sekolah penggerak, kami tampilkan karya anak-anak dari hasil karya anak itu sendiri. Di antaranya menampilkan seni tari topeng Ireng, tari Nusantara, rebana dan penampilan menarik lainnya," ujarnya.
Hal senada disampaikan Kepala Bidang Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, Setyawan mengatakan, hingga saat ini di Boyolali ada 29 Sekolah Penggerak. "Kami mengapresiasi terhadap kepala sekolah yang telah berusaha masuk dalam Sekolah Penggerak. Kami bangga meski sejumlah SD tersebut berada di lereng dan kaki Gunung Merbabu, Boyolali," kata Setyawan.
Lebih lanjut Setyawan mengatakan, Kurikulum Merdeka tersebut ada kemerdekaan sendiri bagi para pendidik, siswa dan kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan.
"Guru harus paham minat anak dan tak boleh memaksa keinginan anak," lanjutnya.
Sementara itu juga hal sama disampaikan fasilitator Sekolah Penggerak, Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Propinsi JawaTengah, Mujiyanto Paulus yang mengatakan, terdapat dua jalur dalam Kurikulum Merdeka, yakni Sekolah Penggerak dan Jalur Mandiri.
"Jalur sekolah penggerak berdasar kompetensi kepala sekolah dan mereka mendapat pendampingan dari pemerintah selama 3 tahun," katanya.
Paulus menambahkan, kegiatan tersebut sangat efektif dalam rangka sekolah mampu melayani kebutuhan siswa dan kegiatan tersebut masuk dalam project penguatan profil Pancasila.