Elshinta.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Utara akan menelaah terkait permainan lato-lato yang sedang marak disukai oleh kalangan anak-anak usia dini.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaam Aceh Utara Jamaluddin, Jumat (13/1) mengatakan, sejauh ini belum ada larangan dan imbauan yang disampaikan ke sekolah-sekolah dan masih ditelaah.
Menurutnya, jika ada siswa bermain permainan tersebut di lingkungan sekolah maka pihaknya akan memberi larangan, bertujuan agar para siswa dari TK hingga SD SMP lebih fokus belajar.
"Kita tetap melarang membawa lato-lato di lingkungan sekolah, namun belum menyampaikan imbauan ke sekolah-sekolah karena masih tahap memantau dan menelaah jangan sampai meresahkan terganggu pendidikan," paparnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamdani, Jumat (13/1).
Kata dia, karena mungkin namanya anak-anak bisa dimainkan di saat jam belajar dan takut disalahgunakan untuk alat tawuran atau keributan antara siswa. Hal-hal itulah yang mendasari Dinas Pendidikan setempat akan mengeluarkan larangan membawa lato-lato di lingkungan sekolah.
Sebut Jamaluddin, nanti pihaknya tetap mengimbau ke semua sekolah, mulai dari jenjang SD sampai SMP, untuk tidak membawa lato-lato di lingkungan sekolah, dan berharap agar guru-guru meneruskan himbauan ini dan menertibkannya.
Lato-lato merupakan permainan tradisional yang juga ditemukan di Indonesia, pasalnya permainan ini berasal dari Amerika Serikat sudah lebih dulu digandrungi masyarakat pada 1960an lalu mulai populer tahun 1970an.
Di Indonesia sendiri, permainan lato-lato mulai populer pada tahun 1990an dan terkenal dengan sebutan lato-lato atau nok-nok, sedangkan permainan lato-lato dalam bahasa Inggris disebut dengan clackers.
Pada awal kemunculannya, lato-lato terbuat dari material kaca dan cara bermainnya dianggap berbahaya. Hingga kemudian, material pembuatan lato-lato diganti menjadi berbahan plastik.