Elshinta.com - Provinsi Jawa Tengah (Jateng), mencapai swasembada beras dengan produksi padi mencapai 9,2 juta ton atau setara 5,4 juta ton beras. Surplus padi Jateng pun sebanyak 1,2 juta ton.
Swasembada beras itu membuat Jateng disebut sebagai lumbung beras terbesar nasional, dengan lumbung beras terbesar di Kabupaten Sragen yang memiliki luas panen sebanyak 131,9 ribu hektare dan 805,8 ribu ton produksi gabah kering giling (GKG).
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, daerahnya kerap disebut sebagai lumbung padi nasional lantaran kondisi geografis, program-program serta komitmen peningkatan produktivitas petani yang dilakukan.
"Alhamdulillah petani kita hebat, teman-teman pendamping juga hebat, maka sampai hari ini Jawa Tengah selalu berada pada kondisi yang di atas rata-rata kebutuhannya, sehingga surplus terus," kata Ganjar, ditemui di Gedung Dikjur, Kota Semarang pada Sabtu (14/1/2023).
Sentra penghasil beras Jateng tersebar di beberapa wilayah, antara lain Sragen, Grobogan, Cilacap, Demak, Pati, Blora, Brebes, Pemalang dan Wonogiri.
Hasil beras Jateng pun disuplai secara nasional, seperti ke DKI Jakarta, Maluku, Kalimantan Selatan, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat hingga Nusa Tenggara Timur, dan diekspor ke sejumlah negara.
"Dari sisi produktivitas, kebutuhan untuk menutupi Jawa Tengah sendiri sudah bisa sehingga kita bisa membagikan ke tempat-tempat lain. Banyak yang dikirim ke Jakarta, Kalimantan dan sebagainya," jelas Ganjar.
Selain swasembada beras, Jateng juga memiliki program Peningkatan Indeks Pertanaman. Dengan program itu, luas panen di Jateng juga naik 1,79 persen dibanding tahun 2020. Mulanya hanya sekitar 1,67 juta hektare menjadi 1,70 juta hektare pada 2021 dan terus meningkat di tahun 2022.
"Intensifikasinya juga mesti kita dorong agar kalau rata-rata kita 5,4 ton per hektar, padi maka mestinya naik lagi sehingga lumbung bisa terus kita dorong," ucap Ganjar.
