Elshinta.com - Pasca banjir melanda Kabupaten Aceh Utara, pada Sabtu (21/1/2023) lalu, 85 unit rumah warga Gampong Lubok Pusaka, Kecamatan Langkahan Aceh Utara rusak parah. Dari jumlah tersebut 25 dikabarkan hanyut tanpa bekas tersapu banjir.
Ketua Tuha Peut Gampong Lubok Pusaka, Abdul Wahhab kepada Acehonline, Minggu (29/1) mengatakan, ketika banjir melanda desa nya, para penduduk hanya menyelamatkan jiwanya.Kata dia saat banjir warga semua panik karena air luapan Sungai Jambo Aye mencapai 3 meter," ungkapnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamdani, Senin (30/1).
“Korban banjir yang terkena musibah pada saat itu semua panik dan mengungsi.Rumah hanyut dan yang roboh berjumlah 85, sedangkan yang hanyutterbawa arus ada 25 unit, selainnya roboh,” ucap Abdul Wahab.
Kata Abdul Wahab, saat ini masyarakat yang masih mengungsi di Dusun Tanah Merah di balai Desa sebanyak 45 jiwa terdiri dari 8 KK termasuk balita," ujarnya.
"Mereka belum bisa kembali ke rumahnya masing-masing, dikarenakan rumahnya tidak ada lagi dan terpaksa mengungsi ditempat pengungsian ini.Mereka disini sangat membutuhkan bantuan penambahan logistik dan obat obatan.Bantuan masa panik dari pemerintah sudah disalurkan hanya bertahan beberapa hari saja," sebutnya.
Untuk jumlah data kerusakan rumah warga yang berat dan ringan pihak pemerintah Desa Leubok Pusaka telah melaporkan ke pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Utara," katanya.
“Kalau data-data bagi rumah yang hanyut dan roboh, semuanya telah kami kirimkan ke pemerintah dan kami berharap kepada pemerintah agar segera dapat membantu masyarakat untuk tempat tinggalnya, terutama yang hanyut dan roboh,” tutup Abdul Wahhab.
Salah seorang warga Lubok Pusaka, Insah, (55), menyebut bahwa dirinya sudah menetap di pengungsian selama satu minggu, ia belum bisa kembali karena rumahnya telah roboh dan harus diperbaiki.
“Rumah saya roboh tersapu banjir, belum diperbaiki, saat ini belum dapat ditempati, saya menetap di sini (pengungsian) sampai rumah siap di perbaiki dulu,” sebut Insah.
Ia mengaku dirinya saat ini tidak mampu memperbaiki rumah dalam waktu cepat, “saya tidak bisa cepat juga, saya berharap bantuan dari pemerintah,” ucapnya dengan nada lirih.
Dia mengisahkan, peristiwa banjir itu datang tiba-tiba selepas magrib, pada saat itu dirinya sedang bersama anak di rumah. Luapan air sungai arakundo yang sangat cepat, membuat dirinya bersama keluarga bergegas lari mencari tempat yang aman, tak ada harta benda yang dapat diselamatkan.
“Tak ada yang dapat diselamatkan, cuman pakaian saja, yang lain semua habis,” tutur Insah.