Elshinta.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Utara melaporkan sejumlah kerusakan sarana pendidikan pasca banjir melanda Aceh Utara pada Januari 2023.
Kepala Dinas PK Aceh Utara, Jamaluddin mengatakan jumlah kerugian ditaksir sebesar Rp21 milyar," ungkap Jamaluddin seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamdani, Sabtu (4/2).
Kata Jamaluddin, daftar sekolah terdampak banjir di Aceh Utara pada 21 Januari 2023 yaitu SMPN 4 Lhoksukon, SMPN 3 Langkahan, SMPN 1 Matangkuli. Kemudian, SDN 6 Matangkuli, SD Persiapan Negeri 12 Langkahan, SDN 3 Pirak Timu, SDN 14 Lhoksukon, SDN 12 Tanah Jambo Aye, dan SDN 8 Langkahan. Selain itu, tingkat Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal (PAUD & PNF), di antaranya TKN Pembina Matangkuli, PAUD Al-Faizu, dan TKS dipimpin Lailan Kasmi, S.Pd.
“Ketika banjir itu rata-rata ketinggian air di sekolah yang terdampak antara 30 sampai 60 centimeter. Tapi di Langkahan yang agak lebih tinggi banjirnya, sehingga sempat terhenti proses belajar mengajar bagi para siswa,” kata Jamaluddin.
Jamaluddin menyebut saat ini kondisi mobiler di sekolah-sekolah setelah terdampak banjir, rata-rata hampir tidak bisa dipakai lagi. Alat peraga dan praktik siswa juga mengalami kerusakan. “Karena banjir ini bisa dikatakan secara dadakan, sehingga pihak sekolah tidak dapat menyelematkan barang-barang, juga akibat tingginya air di lokasi sekolah itu maka menjadi salah satu faktor kerusakan sejumlah fasilitas tersebut,” ujarnya.
Menurut Jamaluddin, secara keseluruhan kerugian akibat banjir pekan lalu sekitar Rp21.252.438.000. Data ini sudah disampaikan kepada BPBD Aceh Utara.
Dinas PK Aceh Utara juga sudah mengajukan usulan kepada pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk membantu kebutuhan sarana prasarana pendidikan bagi sekolah-sekolah yang terdampak banjir itu. “Mudah-mudahan dapat terpenuhi agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan secara normal dan lancar,” tutur Jamaluddin.
Jamaluddin menambahkan sejauh ini tidak ada bangunan sekolah yang ambruk total akibat banjir. “Tapi kalau sering terendam banjir, lantai dan dinding juga mudah rusak. Apalagi ada bangunan sekolah yang usianya sudah puluhan tahun, seperti sekolah di Kecamatan Langkahan itu ada yang dibangunan tahun 1978 dan 1980. Maka ketika dilanda banjir, tingkat kerusakan lebih parah,” ungkapnya.
“Kami juga sudah menyampaikan kepada para kepala sekolah agar ke depan melakukan antisipasi jika terjadi banjir lagi. Barang-barang yang bisa diselamatkan perlu dilakukan upaya maksimal supaya tidak terdampak banjir secara berulang. Karena di Aceh Utara terdapat sejumlah kecamatan yang memang sering terjadi banjir. Artinya, harus siap siaga, jika hujan deras berpotensi banjir,” ujar Jamaluddin.