Tuberkulosis harus dianggap pandemi, sebut The Global Fund

Elshinta
Jumat, 24 Maret 2023 - 21:57 WIB | Editor : Widodo | Sumber : Antara
Tuberkulosis harus dianggap pandemi, sebut The Global Fund
Ilustrasi:. Ilustrasi: Paru-paru yang terkena penyakit menular Tuberkulosis. (ANTARA/HO-Kemenkes)

Elshinta.com - Direktur Eksekutif The Global Fund Peter Sands pada Jumat mengatakan bahwa Tuberkulosis (TB) saat ini perlu dipandang sebagai pandemi setelah 30 tahun dikategorikan sebagai darurat kesehatan global.

"TB adalah penyakit yang telah ada selama ribuan tahun," kata Sands dalam sebuah pernyataan.

"Kami memiliki alat untuk melawannya, dan kami telah membuktikan bahwa kami dapat mengalahkannya. Kami berhasil menghilangkan penyakit itu sebagai ancaman kesehatan masyarakat di hampir semua negara terkaya di dunia," kata dia.

Sekitar 141 tahun yang lalu--24 Maret 1882-- seorang ilmuwan Jerman Robert Koch pertama kali menyampaikan temuannya tentang bakteri penyebab TB, yang dapat menyerang bagian tubuh mana pun, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Namun, menurut Sands, hingga saat ini jutaan orang di dunia masih terus menderita dan meninggal karena sebuah penyakit yang dapat dicegah, diobati, dan disembuhkan itu.

Dia mengatakan TB adalah contoh dari suatu ketidakadilan karena apabila suatu penyakit tidak mengancam negara-negara kaya maka penyakit tersebut tidak akan dianggap sebagai pandemi.

"Tapi TB memenuhi syarat untuk dikategorikan sebagai pandemi," ucap Sands menegaskan.

Menurut Sands, TB kemungkinan akan membunuh lebih banyak orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada 2023--lebih banyak dibandingkan COVID-19--dan menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia, dengan 1,6 juta orang meninggal karena TB pada 2021.

Meskipun TB dapat disembuhkan, kemajuan untuk memeranginya cenderung sangat lambat. Dalam beberapa dekade terakhir, kematian akibat TB hanya turun 2 persen per tahun, kata Sands.

Sands mengatakan bahwa The Global Fund memberikan 77 persen dukungan finansial atau sekitar 800 juta dolar AS (sekitar Rp12 triliun) per tahun kepada negara-negara yang bergelut melawan TB.

Jumlah kematian akibat TB meningkat
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Ghebreyesus pada Rabu mengatakan bahwa berbagai tes, perawatan, dan vaksin terhadap TB telah menyelamatkan banyak nyawa manusia.

Dia mengatakan bahwa sejak 2000, kematian akibat TB telah menurun hampir 40 persen secara global, dan lebih dari 74 juta orang telah mendapatkan akses ke layanan TB.

“Pandemi COVID-19 dan konflik di banyak negara telah sangat mengganggu layanan untuk mencegah, mendeteksi, dan mengobati TB,” kata Tedros.

"Akibat kondisi itu, WHO pada tahun lalu melaporkan peningkatan kematian akibat TB untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade."

Dia menjelaskan bahwa satu-satunya vaksin yang dikembangkan untuk melawan TB, vaksin BCG, telah berusia lebih dari 100 tahun dan tidak cukup melindungi remaja dan orang dewasa, yang bertanggung jawab atas sebagian besar penularan penyakit.

Sumber: Anadolu

DISCLAIMER: Komentar yang tampil sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengirim, dan bukan merupakan pendapat atau kebijakan redaksi Elshinta.com. Redaksi berhak menghapus dan atau menutup akses bagi pengirim komentar yang dianggap tidak etis, berisi fitnah, atau diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan.

Baca Juga

 
Dua kabupaten di NTT berstatus KLB rabies
Jumat, 02 Juni 2023 - 18:55 WIB

Dua kabupaten di NTT berstatus KLB rabies

Elshinta.com, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes)...
Kemenkes nyatakan pandemi COVID-19 salah satu sebab kasus rabies meningkat
Jumat, 02 Juni 2023 - 18:47 WIB

Kemenkes nyatakan pandemi COVID-19 salah satu sebab kasus rabies meningkat

Elshinta.com, Kementerian Kesehatan RI menilai bahwa pandemi COVID-19 menjadi salah satu faktor yang...
Vaksinasi kurangi risiko anak kena infeksi demam berdarah berat
Jumat, 02 Juni 2023 - 14:45 WIB

Vaksinasi kurangi risiko anak kena infeksi demam berdarah berat

Elshinta.com, Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia D...
 Terapkan sistem antrean online, Tim BPJS Kesehatan Pusat pantau kesiapan RS di Kudus
Rabu, 31 Mei 2023 - 23:33 WIB

Terapkan sistem antrean online, Tim BPJS Kesehatan Pusat pantau kesiapan RS di Kudus

Elshinta.com, Pantau kesiapan rumah sakit dalam implementasi penerapan pemanfaatan antrean online di...
Penerima vaksinasi COVID-19 booster kedua capai 3,18 juta
Rabu, 31 Mei 2023 - 23:12 WIB

Penerima vaksinasi COVID-19 booster kedua capai 3,18 juta

Elshinta.com, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mencatat penerima vaksinasi COVID-19 dosis penguat at...
Penyakit menular via udara berpeluang jadi diseases X
Rabu, 31 Mei 2023 - 15:57 WIB

Penyakit menular via udara berpeluang jadi diseases X

Elshinta.com, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmiz...
Imunisasi lengkap dinilai bisa mengurangi risiko penyakit Kawasaki
Selasa, 30 Mei 2023 - 11:39 WIB

Imunisasi lengkap dinilai bisa mengurangi risiko penyakit Kawasaki

Elshinta.com, Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr. Ad...
Satgas COVID-19 sebut 829 orang sembuh dari virus Corona
Senin, 29 Mei 2023 - 23:44 WIB

Satgas COVID-19 sebut 829 orang sembuh dari virus Corona

Elshinta.com, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menyebutkan ada 829 orang sembuh dari infeksi yang di...
Kemenkes sebut jumlah perokok di Indonesia meningkat
Senin, 29 Mei 2023 - 17:12 WIB

Kemenkes sebut jumlah perokok di Indonesia meningkat

Elshinta.com, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan jumlah perokok di Indonesia menunjukkan...
Dokter imbau masyarakat kenali gejala depresi terselubung pada lansia
Senin, 29 Mei 2023 - 15:34 WIB

Dokter imbau masyarakat kenali gejala depresi terselubung pada lansia

Elshinta.com, Praktisi kesehatan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Ukuh Tri Anjarsari mengimbau masya...

InfodariAnda (IdA)