Elshinta.com - Hari ini 18 tahun yang lalu, tepatnya pada 28 Maret 2005 gempa magnitudo 8,7 mengguncang perairan antara Pulau Nias, Sumatera Utara dan Pulau Simeuleu, Nanggroe Aceh Darussalam pada larut malam sekitar pukul 23.09 WIB saat masyarakat tengah beristirahat.
Melansir kompas.com, gempa ini menyebabkan kepanikan luar biasa pada warga di sebagian besar Medan dan Banda Aceh. Terlebih warga Aceh, mereka langsung berhamburan keluar rumah dengan membawa bungkusan seadanya dan langsung menuju tempat tinggi, karena takut tsunami akan kembali terjadi seperti yang mereka alami akhir tahun sebelumnya.
Pascagempa besar ini terjadi, saluran listrik dan telepon di sejumlah wilayah, termasuk di Banda Aceh Kota Medan terputus.
Gempa tak hanya dirasakan di Medan dan Banda Aceh, namun juga di daerah Padang, Jambi, Pekanbaru, bahkan hingga Kuala Lumpur, Malaysia. Seorang geologis Amerika Serikat yang bermarkas di Los Angeles mengatakan, gempa tersebut berpotensi memicu tsunami. Peringatan dini tsunami pun diedarkan ke Thailand, India, Malaysia, dan Sri Lanka.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mengungkapkan gempa ini mengakibatkan lebih dari 1.000 orang meninggal dan 2.391 lainnya luka-luka.
Sementara itu, USGS mencatat gempa Nias 2005 ini sebagai gempa terbesar kedelapan di dunia sejak 1900.