19 September 2008: Indonesia kehilangan salah satu legenda sepakbola
Elshinta.com, Ronald Hermanus Pattinasarany atau lebih dikenal dengan nama Ronny Pattinasarany adalah pelatih sepak bola Indonesia dan salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia.

Elshinta.com - Ronald Hermanus Pattinasarany atau lebih dikenal dengan nama Ronny Pattinasarany adalah pelatih sepak bola Indonesia dan salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia.
Sempat disibukkan dengan kegiatannya di tubuh Timnas Indonesia dengan menjadi Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI (2006), Wakil Ketua Komdis (2006) dan Tim Monitoring Timnas (2007), Ronny meninggal dunia pada hari Jumat, 19 September 2008, pukul 13:30 WIB, di Rumah Sakit Omni Medical Center, Pulo Mas, Jakarta Timur, akibat kanker hati yang dideritanya sejak Desember 2007.
Lahir pada 9 Februari 1949, Ronny Pattinasarany dibesarkan di lingkungan keluarga atlet. Ayahnya merupakan mantan pengurus PSM Makassar.
Dikutip dari bola.com, pada usia 17 tahun, Ronny sudah masuk skuat PSM. Namanya mulai dikenal publik sepak bola nasional ketika melakoni debut bersama PSM melawan Persipura di Stadion Mattoangin. Gaya permainan Ronny yang elegan mewarnai PSM yang mengandalkan permainan cepat dan keras.
Penampilan cemerlangnya di level klub mengantarkan Ronny Pattinasarany ke Timnas Indonesia junior pada 1970. Setelah itu, dia jadi langganan timnas di berbagai even junior.
Dari Makassar, Ronny hengkang ke klub Galatama, Warna Agung, yang dibelanya dari tahun 1978 hingga 1982. Di sinilah kariernya mulai menanjak sehingga dia pun terpilih masuk dan menjadi kapten timnas. Tahun 1982, Ronny hengkang ke klub Tunas Inti. Hanya setahun di sana, dia pun memutuskan untuk gantung sepatu dan beralih profesi sebagai pelatih.
Ada beberapa klub yang pernah diasuh olehnya, yakni Persiba Balikpapan, Krama Yudha Tiga Berlian, Persita Tangerang, Petrokimia Gresik, Makassar Utama, Persitara Jakarta Utara dan Persija Jakarta. Namun prestasi terbaik yang pernah ditorehkan Ronny adalah ketika menangani Petrokimia Putra saat sukses mempersembahkan beberapa trofi bagi klub tersebut yang saat ini sudah bubar dan melebur dalam Gresik United (GU). Ronny membawa Petrokimia meraih Juara Surya Cup, Petro Cup, dan runner-up Tugu Muda Cup.
Menuju akhir dekade 1990-an, Ronny yang pada saat itu digadang menjadi salah satu pelatih terbaik di Indonesia secara mengejutkan mengucapkan pamit dari dunia persepakbolaan Indonesia, serta memutuskan untuk berhenti menjadi pelatih Petrokimia Putra Gresik yang saat itu sedang ia pegang, dikarenakan Ronny ingin fokus membimbing kedua anaknya, Benny dan Yerry yang saat itu berjuang melawan keterikatan akan narkoba.