21 September 1945: Pengambilalihan kekuasaan di Yogyakarta
Elshinta.com, Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, mereka juga menyerahkan kendali mereka atas Indonesia, yang sebelumnya telah mereka jajah selama bertahun-tahun.

Elshinta.com - Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, mereka juga menyerahkan kendali mereka atas Indonesia, yang sebelumnya telah mereka jajah selama bertahun-tahun. Pada saat itu, suasana politik di Indonesia sangat kacau, dengan berbagai kelompok yang berusaha mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh Jepang.
Melansir kompas.com, pada tanggal 21 September 1945, perebutan kekuasaan dimulai, ditandai dengan peristiwa penurunan bendera Jepang dan penaikan bendera Merah putih di gedung Tjokan Kantai (sekarang Gedung Agung).
Peristiwa ini menyebabkan pemerintah Jepang mulai gusar, terlebih lagi adanya dukungan dari PI (Polisi Istimewa). Tindakan itu ditindaklanjuti dengan aki pegawai di Yogyakarta pada tanggal 26 September 1945 melakukan aksi mogok, terutama mereka yang bekerja di instansi pemerintah serta perusahaan-perusahaan yang dikuasai Jepang. Pihak Jepang dipaksa untuk menyerahkan semua kantor yang mereka pegang kepada orang Indonesia.
Sehari setelahnya, KNI Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan daerah sudah dipegang oleh pemerintah Indonesia. Kemudian, pada 5 Oktober 1945, Gedung Cokan Kantai yang dipegang oleh Jepang berhasil direbut dan dijadikan kantor Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID).
Setelah merebut gedung Cokan Kantai, masyarakat Yogyakarta ingin merebut senjata dan markas Osha Butai di Kotabaru. Rakyat dan para pemuda mengepung markas Osha Butai di Kotabaru dan melakukan serangan pada 7 Oktober 1945 sekitar pukul 03.00. Terjadilah pertempuran antara rakyat, pemuda, dan tentara Jepang di Yogyakarta yang dikenal sebagai Peristiwa Penyerbuan Kotabaru.
Masih di hari yang sama, tepatnya pada pukul 10.00, markas Jepang di Kotabaru resmi diserahkan ke tangan rakyat Yogyakarta.
Dalam pertempuran ini, pihak Indonesia harus kehilangan sebanyak 21 orang dan 32 luka-luka, sementara di pihak Jepang ada sembilan orang tewas dan 15 luka-luka. Meski memakan banyak korban jiwa, Yogyakarta pada akhirnya dapat diambil alih di bawah kekuasaan RI.