Mengungkap wajah Kemayoran di masa lalu
Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPK Kemayoran) mengadakan workshop sejarah dan budaya dengan tema 'Jejak Sejarah Kemayoran: Transformasi dari Masa ke Masa'. Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah pelajar SMP dan SMA di Kemayoran, serta beberapa komunitas pecinta sejarah.

Elshinta.com - Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPK Kemayoran) mengadakan workshop sejarah dan budaya dengan tema 'Jejak Sejarah Kemayoran: Transformasi dari Masa ke Masa'. Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah pelajar SMP dan SMA di Kemayoran, serta beberapa komunitas pecinta sejarah.
Workshop dan diskusi tentang sejarah dan budaya Kemayoran ini menghadirkan sejumlah pembicara antara lain Dosen Teknik Planologi Universitas Trisakti Yayat Supriyatna, Sejarawan dan Penulis JJ Rizal serta Arsitek dan Pengajar Universitas Pancasila Yuke Ardiati. Ketiga pembicara tersebut membahas sejarah, budaya, dan peran Kemayoran dari masa lalu hingga saat ini, termasuk ikon-ikon sejarah yang masih tersisa di Kemayoran.
Salah satu topik yang didiskusikan antara lain jejak sejarah Bandara Kemayoran sebagai bandara internasional pertama di Indonesia, tumbuhnya budaya betawi di Kemayoran, serta relief yang berada di eks terminal Bandara Kemayoran.
“Workshop bertemakan sejarah ini sengaja kami lakukan untuk menggali lebih dalam tentang warisan sejarah Kemayoran. Kami berharap generasi muda dapat mengenal lebih dalam mengenai sejarah dan budaya yang tumbuh dan berkembang di Kemayoran,” kata Direktur Utama PPK Kemayoran Medi Kristianto.
Menurutnya, PPK Kemayoran sebagai pengelola kawasan membuka peluang untuk berkolaborasi dengan berbagai instansi seluas-luasnya, untuk mengeksplorasi sejarah budaya yang ada di Kemayoran.
Salah satu pemateri sekaligus sejarawan JJ Rizal menjelaskan pada awal abad ke-19, Kemayoran muncul sebagai kota urban. Daerah ini dihuni masyarakat middle to lower, dengan penduduk yang sangat heterogen.
“Musik keroncong menjadi salah satu produk yang berkembang di Kemayoran sejak saat itu,” ungkapnya.
Sementara itu Yayat Supriyatna menjelaskan peran Kemayoran yang sangat penting di masa lalu. Hal ini ditandai dengan keberadaan Bandara Kemayoran yang menjadi salah satu pintu gerbang masyarakat internasional yang datang ke Jakarta. Dia berharap kawasan Kemayoran bisa terus tumbuh sebagai salah satu pusat perekonomian dan bisnis yang aman dan nyaman, sesuai dengan konsep ‘smart city’.
“Jejak keberadaan Bandara Kemayoran yang dulu menjadi bandara internasional pertama di Tanah Air menandakan bahwa Kemayoran pernah memegang peranan penting di masa lalu. Saya berharap, meskipun Bandara Kemayoran sudah tidak ada, Kawasan Kemayoran tetap tumbuh sebagai salah satu pusat perkembangan budaya dan bisnis di Jakarta dengan konsep smart city-nya,” kata Yayat seperti dilaporkan Reporter Elshinta, Sidik Purwoko, Senin (2/10).