Top
Begin typing your search above and press return to search.

21 Maret 2018: Banjir bandang hantam Cicaheum, Bandung

Elshinta.com, Pada 21 Maret 2018, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia, diguncang oleh tragedi banjir bandang yang menghantam kawasan Cicaheum.

21 Maret 2018: Banjir bandang hantam Cicaheum, Bandung
X
Warga mengamati kendaraan yang terseret banjir bandang di Cicaheum, Bandung, Jawa Barat, Selasa (20/3/2018). Banjir bandang yang disertai lumpur tersebut disebabkan oleh luapan Sungai Cipamokolan akibat intensitas hujan yang tinggi di beberapa wilayah Kota Bandung.(ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Elshinta.com - Pada 21 Maret 2018, Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia, diguncang oleh tragedi banjir bandang yang menghantam kawasan Cicaheum. Peristiwa ini menyebabkan kerugian besar, baik dalam hal kehilangan nyawa manusia maupun kerusakan infrastruktur yang parah. Banjir bandang ini menjadi sebuah peringatan yang menyakitkan akan kerentanan lingkungan dan infrastruktur kota terhadap bencana alam yang tak terduga.

Banjir bandang Cicaheum merupakan hasil dari kombinasi faktor alam dan intervensi manusia yang tidak tepat dalam pengelolaan lingkungan dan infrastruktur. Curah hujan yang sangat tinggi secara tiba-tiba adalah pemicu utama banjir tersebut. Hujan deras dalam waktu singkat menyebabkan sungai meluap dengan cepat, tidak memberi cukup waktu bagi warga setempat untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, harta benda, atau bahkan nyawa mereka.

Dilansir dari kompas.com, pakar Hidrologi dan Lingkungan Universitas Padjadjaran Chay Asdak menilai, banjir bandang Cicaheum merupakan fenomena kerusakan alam yang melahirkan bencana hidrologi yang fatal. Sebab utamanya, alih fungsi lahan di kawasan Bandung Utara (KBU) yang masif dengan aktivitas pembangunan perumahan.

Dari kajian hidrologi, alih fungsi lahan membuat air hujan tak sempat tertangkap tanah. Dengan kondisi topografi Bandung yang seperti mangkok, debit air pun meluncur deras ke kawasan bawah. Sementara itu, material lumpur yang terbawa merupakan akumulasi longsoran kecil di kawasan hulu sungai.

Dampak banjir bandang Cicaheum terasa sangat berat. Rumah-rumah hanyut, infrastruktur jalan rusak parah, dan kehidupan manusia terancam. Banyak warga kehilangan tempat tinggal mereka, harta benda mereka, dan yang paling tragis, kehilangan orang yang mereka cintai.

Selain itu, kerugian ekonomi juga tidak dapat diabaikan. Bisnis dan fasilitas umum rusak, menghambat aktivitas ekonomi di daerah tersebut. Selain itu, upaya pemulihan membutuhkan dana yang besar, menambah beban keuangan pemerintah dan masyarakat setempat.

Mengutip sindonews.com, berdasarkan pendataan di lapangan tercatat 500 rumah warga terkena dampak banjir bandang. Ratusan rumah warga yang rusak paling parah berada di Kelurahan Jatihandap yang lokasinya tidak jauh dari aliran sungai. Sebab, kondisi di lapangan memang banyak rumah warga yang berdiri di bantaran Sungai Cimapokolan.

Banjir bandang yang melanda kawasan Cicaheum ini juga mengakibatkan tiga rumah ambruk disapu derasnya arus air bah. Tiga rumah tersebut berada tepat di bibir sungai.

Tragedi banjir bandang Cicaheum harus menjadi titik tolak bagi perubahan nyata dalam pengelolaan lingkungan dan infrastruktur. Pemerintah setempat harus memperketat peraturan terkait pembangunan di daerah rawan banjir dan memastikan infrastruktur yang ada memadai untuk menanggulangi bencana alam seperti ini.

Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi lingkungan dan mitigasi risiko bencana juga harus ditingkatkan. Pendidikan mengenai bahaya banjir dan cara-cara menghadapinya harus disebarkan secara luas, sehingga masyarakat lebih siap menghadapi bencana alam.

Sumber : 18

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire