Pengelola Bandara Ahmad Yani minta warga Wonosobo dan Pekalongan tidak terbangkan balon udara
Pihak PT Angkasa Pura 1 Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang meminta pengertian masyarakat di daerah Wonosobo dan Pekalongan untuk tidak menerbangkan balon udara pada saat tradisi Syawalan. Sebab keberadaan balon udara ukuran besar di udara yang terbang secara tidak terkendali itu sangat membahayakan penerbangan pesawat udara.
.jpg)
Elshinta.com - Pihak PT Angkasa Pura 1 Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang meminta pengertian masyarakat di daerah Wonosobo dan Pekalongan untuk tidak menerbangkan balon udara pada saat tradisi Syawalan. Sebab keberadaan balon udara ukuran besar di udara yang terbang secara tidak terkendali itu sangat membahayakan penerbangan pesawat udara.
Fajar Purwadidada, GM PT Angkasa Pura 1 Bandara Ahmad Yani Semarang, Rabu berkata, 'Kami meminta kesadaran masyarakat di dua daerah tersebut. Kami meminta bantuan para kapolres dan komandan Kodim untuk ikut mengedukasi masyarakat agar tidak menerbangkan balon udara yang sangat membayakan penerbangan.
"Apalagi jumlah penerbangan pada arus mudik menjadi lebih banyak yang berasal dari Cengkareng, Halim Perdana Kusuma, dan Banjarmasin menuju Semarang," kata Fajar seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Joko Hendrianto, Rabu (3/4).
Bandara ini sejak tanggal 3 - 19 April setiap harinya ada 60 penerbangan.
Tradisi menerbangkan balon udara itu sudah lama dilakukan oleh warga Kabupaten Wonosobo dan Pekalongan di Jawa Tengah. Balon udara itu berdiameter bisa mencapai 2,5 - 3 meter dengan warna-warni indah. Namun karena dilepas begitu saja, maka akan membumbung tinggi dan tertiup angin tidak terkendali. Dan hal itulah yang sangat membahayakan penerbangan pesawat.
Pihak kepolisian dalam beberapa tahun terakhir telah melarang penerbangan balon udara, bahkan menyita balon udara yang akan dilepaskan jika tanpa izin.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ketika mengunjungi Polda Jateng pada Minggu lalu juga memberi perhatian khusus terhadap balon udara itu. Ia menyadari balon udara memang tradisi yang menjadi bagian dari wisata masyarakat, namun harus diawasi agar tidak mengganggu penerbangkan.
Untuk mengantisipasi agar tidak ada balon udara terbang liar, di Pekalongan pernah digelar Festival Balon Udara dengan cara diikat dengan maksimal ketinggian tertentu. Ternyata tetap indah dan menjadi obyek wisata menarik tanpa harus membahayakan penerbangkan karena tetap dikendalikan dengan tali.