BPS sebut IKG DIY terkecil se-Indonesia
Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) DIY merilis bahwa Pada tahun 2023 DIY Indeks IKG DIY paling kecil se-Indonesia dan menjadi yang terdalam yaitu sebesar 0,098.

Elshinta.com - Indeks Ketimpangan Gender (IKG) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) DIY merilis bahwa Pada tahun 2023 DIY Indeks IKG DIY paling kecil se-Indonesia dan menjadi yang terdalam yaitu sebesar 0,098.
Kepala BPS DIY, Herum Fajarwati mengatakan semakin kecil skor IKG di suatu daerah, maka kondisi ketimpangan gender di daerah tersebut semakin baik. Indeks Ketimpangan Gender di Indonesia sendiri, tahun 2023 ini mengalami penurunan yang signifikan menjadi 0,142. Hal ini menunjukkan perbaikan yang stabil dalam kesetaraan gender. IKG Indonesia pada 2023 mengalami perbaikan di sebagian besar provinsi. Secara total, 28 dari 34 provinsi mengalami penurunan pada 2023.
“Penurunan paling signifikan terjadi di DIY yang turun 0,098 poin menjadi 0,142, disusul Bali 0,082 menjadi 0,239 dan DKI Jakarta 0,064 yaitu 0,256. Perubahan IKG di provinsi-provinsi tersebut mempertegas situasi ketimpangan gender yang secara keseluruhan juga paling rendah di antara provinsi-provinsi lain di Indonesia,” katanya, Senin (6/5/2024).
IKG di Indonesia menunjukkan peningkatan yang konsisten pada ketiga dimensi pembentuknya. Perbaikan pada dimensi kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa risiko potensial kesehatan reproduksi perempuan di Indonesia telah berhasil diminimalkan. Sementara itu, dimensi pemberdayaan dan pasar tenaga kerja juga mengalami perbaikan.
Pada kesempatan yang sama, Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi mengatakan, penurunan ketimpangan gender terjadi di seluruh kabupaten/kota di DIY. Penurunan terdalam di Kabupaten Sleman, termasuk Kabupaten yang memiliki IKG paling rendah dibanding kabupaten/kota lainnya.
Perbaikan ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan capaian dimensi kesehatan reproduksi. Perbaikan dimensi kesehatan reproduksi sendiri dipengaruhi oleh indikator perempuan melahirkan hidup tidak di fasilitas kesehatan yang turun dari 1,6 persen pada tahun 2022 menjadi 0,0 persen pada tahun 2023.
“Dimensi kesehatan reproduksi juga didukung oleh perbaikan indikator perempuan yang saat melahirkan hidup pertama berusia kurang dari 20 tahun. Indikator tersebut turun dari 14,6 persen pada tahun 2022 menjadi 13,0 persen pada tahun 2023,” ujarnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Izan Raharjo, Selasa (7/5).
Perbaikan dimensi pemberdayaan dipengaruhi oleh perbaikan indikator pendidikan. Semakin kecil kesenjangan perempuan berbanding laki laki didalam menempuh Pendidikan tingkat sekolah menengah atas yaitu 51,12% untuk laki laki dan 47,62% untuk perempuan. Atau hanya 4,5% kesenjangannya. Sementara indikator keterwakilan perempuan di legislatif juga semakin kecil kesenjangannya yaitu 78,18% untuk laki laki berbanding 21,82%.
Perbaikan Dimensi Pasar Kerja juga menunjukan angka yang semakin mengecil kesenjangannya yaitu 19,01% untuk indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Untuk Indeks Ketimpangan Gender Kabupaten paling kecil atau paling baik oleh Kabupaten Sleman yaitu 0,116% sementara kesenjangan tertinggi oleh Kabupaten Gunung Kidul 0,183 %.