Ratusan karya disabilitas perupa dipamerkan di Suluh Sumurup Art Festival
Taman Budaya Yogyakarta menggelar Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) untuk mengangkat potensi-potensi disabilitas. Suluh Sumurup Art Festival 2024 kali ini bertaraf nasional dan mengusung tema 'Jumangkah' yang berlangsung selama delapan hari (14 – 22 Mei 2024) di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Jalan Sriwedani No. 1, Kota Yogyakarta.

Elshinta.com - Taman Budaya Yogyakarta menggelar Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) untuk mengangkat potensi-potensi disabilitas. Suluh Sumurup Art Festival 2024 kali ini bertaraf nasional dan mengusung tema 'Jumangkah' yang berlangsung selama delapan hari (14 – 22 Mei 2024) di Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Jalan Sriwedani No. 1, Kota Yogyakarta.
Kali ini, SSAF memamerkan karya-karya dari para disabilitas perupa yang berasal dari berbagai kota. Tidak hanya dari Yogyakarta, melainkan juga para disabilitas perupa yang berasal dari luar Kota Yogyakarta. Pameran ini diikuti disabilitas pelaku seni dari 12 provinsi, yaitu Yogyakarta, Bengkulu, Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku.
"TBY memberikan ruang inklusi ruang kreatif untuk difabel utamanya kegiatan pameran seni rupa. Kita ingin berikan ruang yang terbaik untuk difabel dalam melaksanakan pameran,"ujar Kepala TBY, Purwiyati dalam konferensi pers di Taman Budaya Yogyakarta, Senin, (13/5).
Pameran kedua kali ini merupakan respon, dari banyaknya animo disabilitas perupa dari luar Jogjakarta yang ingin mengikuti pameran. Mengingat minim kesempatan bagi mereka bisa terlibat dalam event pameran. Baik di tataran lokal, apalagi nasional. Sehingga, Suluh Sumurup Art Festival (SSAF) diproyeksikan menjadi event berskala nasional, sejak tahun ini (2024). Sebagaimana tema atau konsep pameran “Jumangkah”, SSAF 20224 mulai melangkah lebih jauh.
"Jumangkah” dimaknai dengan mulai melangkah untuk mencapai harapan/cita-cita. Disabilitas pelaku seni, mesti terus bergerak bersama, menjadi bagian dari seni rupa Indonesia. Bagian dari kemajuan kebudayaan Indonesia. Optimisme pergerakan disabilitas pelaku seni, dimulai dari membangun kebersamaan, kolaborasi (jaringan), serta pameran seni inklusif.
"Kami ingin berbagi ruang berbagi kesempatan berbagi pemaknaan terhadap difabel yang tidak kalah baiknya dengan yang normal. Ada kekayaan intelektual dibidang masing-masing," imbuhnya.
Seniman dan kurator, Nano Warsono mengatakan kegiatan pameran seperti ini diharapkan terus berlanjut sehingga tidak hanya dua kali saja. Karena kegiatan ini sangat ditunggu oleh para pelaku seni dan diharapkan tahun depan akan digelar kembali. Kegiatan ini telah memberikan ruang presentasi seni bagi difabel dan karya-karya disabilitas itu dihargai.
"Berharap program seni untuk difabel selalu berkelanjutan, tidak muluk-muluk harapan kurator seni difabel bahwa ruang presentasi seni ruang pertemuan dihargai karyanya itu sangat dibutuhkan. Ini salah satu dari pemenuhan hak mereka dalam berekspresi," katanya.
Seniman dan Ketua Jogja Disability Art, Sukri Budi Dharma mengapresiasi atas kesempatan yang diberikan TBY bagi para disabilitas untuk memamerkan karya-karyanya. Dalam event ini disabilitas merasa tidak ditinggalkan dan selalu mempunyai harapan akan ada lagi event selanjutnya.
"Merasa tidak ditinggalkan karena punya harapan tahun depan ada lagi dan tentu memacu untuk mengembangkan diri dan menambah kepercayaan diri dan yang paling penting pameran ini jadi edukasi bagi disabilitas," ungkapnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Izan Raharjo, Senin (13/5).
Pameran Nasional Suluh Sumurup Art Festival 2024, menampilkan lebih kurang 100 karya seni rupa dari 60 peserta perorangan dan komunitas. Terdiri dari karya dua dan tiga dimensi (2D dan 3D). Karya-karya tersebut disajikan dengan mempertimbangkan beragam kebutuhan para pengunjung pameran. Inklusif dan aksesibel, diusung sebagai konsep pameran. Dengan demikian, karya-karya yang dipamerkan, dapat diakses dan dinikmati dengan mudah oleh semua. Selain itu, selama penyelenggaraan pameran, akan disediakan juru bisik bagi pengunjung tuna netra dan juru bahasa isyarat bagi pengunjung tuli.
Dalam kegiatan ini juga digelar Workshop Galeri Sitter yaitu Workshop pembekalan bagi penjaga/pendamping pameran tentang
penyelenggaraan pameran dan galeri yang inklusi bagi pengunjung. Pemateri workshop adalah seorang disabilitas. Kemudian Workshop Bahasa Isyarat yaitu Workshop yang terbuka bagi masyarakat umum untuk mempelajari bahasa isyarat.
Pemateri workshop adalah kelompok disabilitas.
Workshop Batik Eco Print: Workshop pembuatan eco print pada media kain yang dapat dijadikan produk usaha mandiri bagi disabilitas. Pemateri workshop adalah seorang disabilitas dan Workshop Literasi sastra untuk disabilitas.
Selain itu juga ada UMKM Corner adalah Stand yang menjual produk dari disabilitas pelaku usaha kerajinan, sablon, batik, rajut, dan lainnya dari Yogyakarta. Sistem yang digunakan adalah penyelenggara memasarkan dan menjualkan produk-produk dari disabilitas.
Pada pameran ini juga menampilkan potensi pemusik dan band dari disabilitas, ada band dan penyanyi solo yang terbagi untuk tampil dalam pembukaan pameran dan pertunjukan harian
Kemudian juga Galeri Tour yang mengundang berbagai sekolah dan kelompok masyarakat umum agar dapat mengetahui potensi-potensi disabilitas. Selain itu juga mengundang kelompok disabilitas netra agar mendapatkan pengalaman baru dengan pameran seirupa. Dan Artis Talk yaitu memberikan disabilitas pelaku seni untuk diskusi dan berbagi pengalaman proses kreatif yang telah dilakukan.