Sabtu Budaya hingga Spiritual Camp cara NTB atasi kenakalan pelajar layak diadopsi
Kondisi pendidikan di Indonesia selain dihadapkan pada persoalan kesenjangan infrastruktur juga dihantui dengan Kenakalan pelajar yang semakin pelik. Mulai dari tawuran, narkoba, sex bebas dan berbagai kenakalan lainya tentu membuat resah akan masa depan dunia pendidikan.

Elshinta.com - Kondisi pendidikan di Indonesia selain dihadapkan pada persoalan kesenjangan infrastruktur juga dihantui dengan Kenakalan pelajar yang semakin pelik. Mulai dari tawuran, narkoba, sex bebas dan berbagai kenakalan lainya tentu membuat resah akan masa depan dunia pendidikan.
Berbagai upaya banyak ditempuh di banyak wilayah untuk meminimalisir kenakalan pelajar. Mulai dari pendekatan budaya, religi, Pancasila dalam upaya mengalihkan energi para siswa agar lebih terarah ke hal-hal yang bersifat positif.
Dalam upaya meminimalisir kenakalan pelajar di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) diadakan kegiatan Sabtu Budaya dan Spiritual Camping. Kegiatan tersebut diklaim mampu mengurangi kenakalan pelajar di NTB. Bahkan Kondisi kenakalan pelajar di NTB jika tawuran bisa menjalar hingga perkelahian antar kampung.
"Kami dihadapkan dengan siswa-siswi yang tambah nakal dari hari ke hari, dari narkoba, perkelahian dan sebagainya. Kalau di Jogja ada klitih dan sebagainya, kalau di kami (NTB) bukan lagi mengganggu orang di jalan, tapi ditempat kami kalau ada perkelahian dilevel sekolah itu bisa menjalar antar kampung," kata Kepala Balai Teknologi Informasi Data Pendidikan Dinas Kebudayaan NTB, Siswo Aji Utomo saat menerima kunjungan Pers Tour Wartawan Unit DPRD DIY bersama Komisi A dan Sekretariat DPRD DIY, di kantor Dinas Kebudayaan NTB, Senin (03/06/2024).
Melihat kondisi kenakalan pelajar yang semakin komplek, maka pemerintah provinsi NTB melalui Dinas Pendidikan mengadakan berbagai kegiatan untuk menyalurkan energi para siswa ke jalur yang positif. Yaitu program Sabtu Budaya di sekolah dan Spiritual Camp bagi para pelajar. Dalam kegiatan Sabtu Budaya para pelajar membuat suatu projek seperti seni, olahraga, kreasi, fashion dan lain sebagainya. Projek dari para pelajar itu kemudian dipresentasikan pada kegiatan Sabtu Budaya.
"Pada Sabtu Budaya ini anak-anak menampilkan perform atraksi budaya. Kegiatan full diluar ruangan, anak-anak ke sekolah dengan menggunakan pakaian adat. Menurut kami, sekarang lumayan bisa mengurangi angka kriminalitas meski tidak ada data resminya," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB, Aidy Furqan menambahkan, selain ada kegiatan Sabtu Budaya dalam upaya mengurangi kenakalan pelajar juga digagas Spiritual Camp. Dalam kegiatan ini para pelajar berkemah di sekolah dimana ini diikuti pelajar lintas iman sehingga semua agama terfasilitasi. Dana untuk kegiatan spiritual camp diambilkan dari dana BOS.
"Dari pada anak-anak berkemah di pantai, di gunung, mending diajak ke sekolah, malam bangun untuk ibadah," ujarnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Izan Raharjo, Jumat (7/6).
Sekretaris Komisi A DPRD DIY, Rany Widayati apa yang dilakukan di NTB dalam upaya mengurangi kenakalan remaja tersebut dapat juga diterapkan di DIY. Sekolah-sekolah di DIY juga mempunyai program Kamis Pon dimana para siswa-siswi mengenakan baju adat pada Kamis Pon. Hal ini bisa dipadukan dengan kegiatan-kegiatan budaya untuk mendorong kreativitas pelajar seperti yang dilakukan di NTB dengan Sabtu Budaya.
"Untuk anggaran bisa dialokasi dari dana keistimewaan. Kitakan juga ada Perda Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, itu bisa jadi payung hukum," ucapnya.