Top
Begin typing your search above and press return to search.

Jurusan di SMA dihapus mulai tahun ini

Kurikulum Merdeka resmi berlaku sebagai kurikulum nasional mulai tahun ajaran 2024/2025. Berdasarkan hal tersebut, sistem penjurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dihapus. 

Redaksi |Widodo
Jurusan di SMA dihapus mulai tahun ini
X
ilustrasi, kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri 87 Jakarta, (Antara foto/Hafidz Mubarak A.)

Elshinta.com - Kurikulum Merdeka resmi berlaku sebagai kurikulum nasional mulai tahun ajaran 2024/2025. Berdasarkan hal tersebut, sistem penjurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dihapus.

Dalam wawancara bersama Radio Elshinta pada Jumat (19/7/2024), Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo menjelaskan kurikulum merdeka yang dilakukan secara bertahap sejak 2020 ini bertujuan meneruskan niat Kurikulum 2013 (K-13/Kurtilas) dalam rangka mengembangkan karakter secara lebih utuh dan lebih baik, bukan hanya daya kognitif.

“Yang membedakan Kurikulum Merdeka dengan sebelumnya yaitu ada 30% pengurangan materi di setiap mata pelajaran. Dan ada pengalokasian waktu khusus sebesar 20% jam pelajaran atau 1 hari dalam seminggu, yaitu diberikan pendidikan penguatan karakter. Sekolah punya kebebasan merancang kurikulum pembelajaran sendiri. Tidak terkunci pada kurikulum yang ditetapkan,” papar Anindito.

Mengeksplorasi minat

Lebih lanjut, Anindito Aditomo menyampaikan bahwa penghapusan jurusan dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada pada murid mengeksplorasi minat dan bakatnya selama 1 tahun yaitu di kelas 10.

Tujuan agar kelak para murid bisa lebih fokus pada target yang ingin dicapainya ke depan. “Konsepnya, sampai dengan kelas 10 masih pendidikan yang diperlukan untuk semua murid sebagai warga negara,” katanya.

Jadi, mata pelajaran semua masih sama di kelas 10. Anak-anak masuk SMA punya kesempatan selama satu tahun mengeksplorasi minat, bakat dan aspirasi karir mau studi lanjut apa.

Mereka tidak dikotakkan di kelas 10. “Di Kurtilas murid langsung mengotakkan diri di IPA, IPS dan Bahasa kan. Padahal banyak murid yang belum menentukan minat bakat secara serius,” tambah Anindito.

Lebih lanjut dijelaskan, saat kelas 11 dan 12 akan ada mata pelajaran peminatan. “Jadi bukan berarti nggak ada peminatan. Penghapusan jurusan justru peminatannya jadi lebih luwes dan beragam nanti. Jadi bisa lebih fokus anak-anak,” lanjutnya.

Sistem pendidikan adil dan transparan

Dengan adanya kebijakan ini, sekolah dituntut lebih kreatif menyediakan fasilitas kurikulum dan paket mata pelajaran yang sesuai dengan profil minat dan bakat muridnya. Ke depan, tidak ada pembatasan jumlah murid minimum untuk membuka kelas pembelajaran.

“Dari sisi guru mereka akan mengajar mata pelajaran sesuai dengan bidang keahlian. Jadi sama saja, hanya sekolah yang perlu menyesuaikan. Tadinya kan mengelompokkan murid menjadi tiga. Sekarang sekolah harus lebih kreatif menawarkan paket-paket peminatan yang lebih beragam sesuai dengan profil murid,” ujar Anindito

Sementara itu, penghapusan jurusan ini juga dilakukan untuk mewujudkan sistem pendidikan yang adil dan transparan. Hal tersebut mengingat selama ini muncul ketimpangan pemikiran masyarakat yang keliru terkait perbedaan kualitas serta privilege pendidikan dalam jurusan di SMA.

Seperti jurusan IPA yang dianggap lebih pintar dan bisa mendapatkan perguruan tinggi dengan lebih mudah dan baik. (Sus/Tel)

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire