18 Agustus 2005: Terjadi peristiwa pemadaman listrik serentak di Jawa-Bali
Pada 18 Agustus 2005 terjadinya Peristiwa Pemadaman Listrik Serentak di Jawa-Bali. Pemadaman listrik tersebut menimbulkan dampak serta kerugian yang terbilang besar yang memengaruhi sekitar 120 juta orang.

Elshinta.com - Pada 18 Agustus 2005 terjadinya Peristiwa Pemadaman Listrik Serentak di Jawa-Bali. Pemadaman listrik tersebut menimbulkan dampak serta kerugian yang terbilang besar yang memengaruhi sekitar 120 juta orang.
Oleh karenanya, peristiwa ini merupakan salah satu peristiwa terbesar yang pernah ada dalam sejarah padamnya listrik di Indonesia. Bahkan, untuk level dunia, Power Technology menempatkan peristiwa itu di peringkat tiga terburuk setelah kejadian nyaris serupa di India pada Juli 2012 dan Januari 2001 yang masing-masing berdampak terhadap 700 juta orang dan 230 juta orang.
Penyebabnya adalah kerusakan jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Saguling, Cibinong, dan Cilegon. Ini membuat sistem kehilangan pasokan hampir 50%.
Dalam hitungan PT PLN (Persero) kala itu, pemadaman listrik dirasakan oleh 120 juta pelanggan atau separuh penduduk Indonesia.
Di daerah Jakarta dan Banten, pemadaman memang 'hanya' sekitar 3 jam. Namun untuk seluruh Jawa-Bali membutuhkan waktu hingga 24 jam untuk kembali seperti semula.
Insiden itu sampai mendapat perhatian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pada 22 Agustus, SBY menggelar rapat dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Kapolri Sutanto, dan Kepala BIN Syamsir Siregar.
Namun pemerintah menegaskan pemadaman massal kala itu tidak terkait dengan aksi sabotase atau terorisme, melainkan hanya kesalahan teknis yakni adanya malfungsi sistem proteksi Directional Earth Fault (DEF) di jaringan SUTET Cibinong.