Top
Begin typing your search above and press return to search.

26 Oktober 2010: Letusan mematikan Merapi, kerusakan besar dan pengorbanan juru kunci

Elshinta.com - Pada tanggal 26 Oktober 2010, Gunung Merapi di Jawa Tengah, Indonesia, meletus dengan kekuatan dahsyat, memulai rangkaian erupsi yang berlangsung hingga November 2010. Letusan ini menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa yang signifikan, menjadi salah satu bencana vulkanik paling mematikan dalam sejarah Indonesia.

26 Oktober 2010: Letusan mematikan Merapi, kerusakan besar dan pengorbanan juru kunci
X
Seekor sapi mati dan tertutup debu di depan sebuah rumah yang hancur akibat letusan Gunung Merapi di Dusun Kinahrejo, Cangkringan, Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta (27/10). REUTERS/Beawiharta (https://tinyurl.com/mryv78mx)

Elshinta.com - Pada tanggal 26 Oktober 2010, Gunung Merapi di Jawa Tengah, Indonesia, meletus dengan kekuatan dahsyat, memulai rangkaian erupsi yang berlangsung hingga November 2010. Letusan ini menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa yang signifikan, menjadi salah satu bencana vulkanik paling mematikan dalam sejarah Indonesia.

Letusan pertama terjadi pada sore hari, memuntahkan awan panas dan material piroklastik yang meluncur cepat ke desa-desa di lereng gunung. "Wedhus gembel" (awan panas) yang sangat mematikan ini meratakan beberapa permukiman, menewaskan ratusan orang, dan memaksa lebih dari 400.000 penduduk mengungsi.

Lebih dari 350 orang meninggal dunia dalam bencana ini, termasuk Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi yang legendaris. Ribuan rumah dan fasilitas umum rusak parah, sementara abu vulkanik menyebar jauh hingga ke Jawa Barat dan DKI Jakarta, mengganggu penerbangan dan aktivitas sehari-hari.

Baca juga 13 tahun meletusnya Gunung Merapi dan meninggalnya Mbah Maridjan

Mbah Maridjan, sebagai juru kunci Gunung Merapi, dikenal karena dedikasinya menjaga gunung sesuai tradisi spiritual Jawa. Saat letusan terjadi, meskipun sudah diperingatkan untuk mengungsi, ia memilih tetap tinggal di rumahnya di Desa Kinahrejo, merasa bertanggung jawab untuk menjaga gunung hingga akhir. Ia ditemukan meninggal dunia dalam posisi bersujud, menunjukkan bahwa ia mungkin sedang berdoa ketika awan panas menghantam. Keputusannya untuk tetap bertahan menjadi simbol pengabdian yang luar biasa, meski juga mengundang kritik.

Pemerintah Indonesia bersama tim SAR dan relawan segera melakukan evakuasi besar-besaran, menyelamatkan ribuan orang. Tempat penampungan didirikan, dan bantuan internasional mengalir untuk membantu pemulihan daerah terdampak.

Sumber : 18

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire