Mahasiswa Belanda, Italia, Malaysia dan Indonesia ikuti Summer Course FK-KMK UGM 2024
Mahasiswa dari berbagai negara mengikuti kegiatan Summer Course 2024 di Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Elshinta.com - Mahasiswa dari berbagai negara mengikuti kegiatan Summer Course 2024 di Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mahasiswa dari berbagai universitas di Belanda, Italia, Malaysia dan Indonesia begitu antusias melihat berbagai kegiatan seperti posyandu lansia dan pembuatan tempe kripik yang dilakukan para penyandang disabilitas.
Para mahasiswa tersebut tengah mengikuti kegiatan Summer Course yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM. Kegiatan yang dilaksanakan selama dua pekan, 28 Oktober hingga 8 November 2024 ini bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kehutanan, dan Fakultas Geografi melibatkan mahasiswa dari berbagai negara untuk bersama-sama memberikan advokasi dan layanan kesehatan terpadu di komunitas.
Saat mengunjungi Posyandu di Dusun Kalimenur, Sukoreno, Sentolo, Kulonprogo, mahasiswa kagum dengan kegiatan warga lanjut usia di Posyandu. Mereka kagum dengan antusiasme warga yang datang ke Posyandu untuk pemeriksaan. Ini berbeda dengan di Belanda yang tidak ada Posyandu. Tetapi pengecekan kesehatan bagia lansia tetap dilakukan. Dimana lansia akan dikirimi surat untuk datang ke klinik.
"Ini baru pertama kali lihat. Di Belanda, pemerintah mengirim surat ke warganya untuk datang ke klinik diperiksa kesehatannya. Pemeriksaan gratis pakai asuransi," ujar Jasmine, mahasiswi dari Belanda peserta Summer Course 2024, Selasa (05/11/2024).
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK-KMK UGM, dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D, mengatakan fokus dalam kegiatan ini pada tiga pendekatan, pertama peningkatan kesadaran dan edukasi sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim, dampaknya, dan praktik berkelanjutan. Kedua, strategi adaptasi berbasis komunitas dapat dilakukan melalui keterlibatan aktif masyarakat dalam merancang dan menerapkan langkah-langkah adaptasi, diharapkan akan tercipta rasa kepemilikan dan pemberdayaan. Ketiga, teknologi dan inovasi sebagai solusi inovatif dalam praktik infrastruktur tangguh iklim dan praktik energi.
"Kegiatan ini melibatkan banyak pihak dari mahasiswa internasional dan yang penting program ini bisa membumi. Bisa memberikan semangat pada masyarakat dan membuka mindset yang positif sehingga kedepannya mereka punya bekal yang cukup terutama terkait dengan kesehatannya," katanya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Izan Raharjo, Rabu (6/11).
Ketua Tim International FK-KMK UGM, Prof. dr. Gunadi, Ph.D., Sp.BA., Subsp.DA(K) mengungkapkan kegiatan ini diikuti oleh 60 mahasiswa yang berasal dari universitas di Indonesia, Belanda, Italia, dan Malaysia. Peserta terdiri dari 28 mahasiswa berasal dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia, 24 mahasiswa dari Vrije Universiteit Amsterdam, Netherlands, lima mahasiswa dari Universitas Pattimura, Indonesia, satu mahasiswa dari University Putra Malaysia, Malaysia, satu mahasiswa dari University of Malta, Italy, dan satu mahasiswa dari Universitas Indonesia, Indonesia. Mereka berkesempatan memahami secara langsung masalah kesehatan masyarakat di wilayah Kulon Progo, Yogyakarta.
Mahasiswa berinteraksi langsung dengan masyarakat dan bekerjasama dengan 10 puskesmas setempat, termasuk Puskesmas Wates, Puskesmas Sentolo 1, Puskesmas Sentolo 2, Puskesmas Pengasih 1, Puskesmas Pengasih 2, Puskesmas Nanggulan, Puskesmas Kalibawang, Puskesmas Lendah 1, Puskesmas Panjatan 2, dan Puskesmas Temon.
Dukungan 28 narasumber ahli dari dalam dan luar negeri yang terdiri dari 10 narasumber asing, 16 narasumber dari UGM dan RSA UGM, satu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta satu dari Kementerian Kesehatan. Narasumber berbagi wawasan tentang solusi ketahanan kesehatan iklim dan pendekatan interprofesional yang diperlukan.
"Keterlibatan mahasiswa memahami dan mengenali masalah kesehatan secara global di masyarakat secara langsung menjadi proses pembelajaran yang holistik. Solusi atas masalah kesehatan komunitas menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk belajar merancang program kesehatan masyarakat dalam suasana kolaborasi dan multikultural," katanya.
Lurah Sukoreno Kulon Progo, Olan Suparlan mengaku sangat senang ketempatan mahasiswa peserta summer course yang berasal dari berbagai negara. Dalam kegiatan masyarakat selalu diajarkan dan terus belajar mengenai iklim.
"Masyarakat disini seneng, pengen melihat mahasiswa. Dalam kegiatan ini pasti ada ilmu yang didapat baik masyarakat mahasiswa summer course," ujarnya
Summer Course 2024 on Interprofessional Healthcare ini mengangkat tema "Empowering Communities for Climate Health Resilience". Kegiatan ini bertujuan memberdayakan komunitas dalam menjaga ketahanan kesehatan di tengah ancaman perubahan iklim yang semakin nyata. Melalui program Summer Course 2024, FK-KMK UGM berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi global dalam menciptakan masyarakat yang tangguh menghadapi perubahan iklim. Dengan mempersiapkan komunitas dan mahasiswa sebagai agen perubahan, UGM berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan demi masa depan yang lebih sehat.