9 November 1945: Peristiwa perlawanan rakyat Banjarmasin terhadap Belanda
Pada tanggal 9 November 1945, terjadi peristiwa Perlawanan Rakyat Banjarmasin Terhadap Belanda. Perlawanan ini diinisiasi oleh Barisan Pemuda Republik Indonesia Kalimantan (BPRIK).

Elshinta.com - Pada tanggal 9 November 1945, terjadi peristiwa Perlawanan Rakyat Banjarmasin Terhadap Belanda. Perlawanan ini diinisiasi oleh Barisan Pemuda Republik Indonesia Kalimantan (BPRIK).
BPRIK dan masyarakat Banjar mempersiapkan penyerangan terhadap pos militer Belanda di Banjarmasin / markas Tangsi Militer Netherland Jndie Civil Administration (NICA) yang bermarkas di Benteng Tatas yang kemudian menjadi Masjid Raya Sabilal Muhtadin.
Rencana dipersiapkan di Desa Pangambangan. Di mana personel inti diisi pemuda Desa Cintapuri, di bawah pimpinan Aminuddin, Khalid, dan M. Amin Efendi. Penyerangan dilakukan dengan persenjataan yang minim.
Korban pun berjatuhan, sembilan jiwa melayang diantaranya yaitu Badran, Badrun, Utuh, Umar, Ta’im, Jumain, Sepa, Dulah dan Pa’marup. Pada saat yang sama pertempuran terjadi di Rantau, Marabahan hingga Balawang.
Di Marabahan dan Balawang satuan Pemuda Persatuan Rakyat Indonesia yang bergabung dengan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (Rombongan IX kiriman Bung Torno dari Surabaya) berhasil menguasai daerah itu tanpa pertempuran. Sebanyak 112 penguasa Belanda menyerah, tetapi secara diam-diam mereka meminta bantuan.
Sehingga dua hari kemudian, gabungan tentara Belanda datang dari dua arah yakni dari Kandangan dan dari Banjarmasin. Kekuatan personel dan senjata mereka terlalu kuat untuk dilawan sehingga para pemuda diserahkan kepada militer Belanda.
Untuk mengenang sejarah perjuangan rakyat Banjarmasin dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dibagunlah sebuah tugu yang bertuliskan 9 nama pejuang yang gugur dalam pertempuran tersebut.
Terdapat pula dinding relief peperangan pada tanggal tersebut. Tugu tersebut berdiri di pojok Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Banjarmasin yang berada di Jalan DI Panjaitan.