Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A.: Pemimpin Moderasi Beragama dan Pembangunan Perdamaian
Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., lahir pada 23 Juni 1959, adalah tokoh terkemuka dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan diplomasi. Saat ini, beliau menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia periode 2024–2029 serta Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta sejak 2016
Sumber foto: Elshinta.comElshinta.com - Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., lahir pada 23 Juni 1959, adalah tokoh terkemuka dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan diplomasi. Saat ini, beliau menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia periode 2024–2029 serta Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta sejak 2016. Dengan latar belakang pendidikan yang mendalam dan pengalaman organisasi yang luas, Prof. Nasaruddin dikenal sebagai sosok yang mempromosikan moderasi beragama dan inklusivitas.

Kiprah di Tahun 2024
Tahun 2024 merupakan salah satu momen penting dalam karier Prof. Nasaruddin Umar. Pada Oktober 2024, beliau dilantik sebagai Menteri Agama RI dalam Kabinet Merah Putih. Selama masa kepemimpinannya, beliau berhasil meluncurkan sejumlah inisiatif strategis, termasuk revitalisasi pendidikan Islam berbasis teknologi. Program ini bertujuan memperkuat karakter bangsa sekaligus meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia di tingkat global.
Dalam perannya sebagai Menteri Agama, Prof. Nasaruddin terus menekankan pentingnya kerukunan umat beragama sebagai fondasi pembangunan bangsa. Salah satu langkah signifikan adalah penandatanganan Deklarasi Bersama Istiqlal bersama Paus Fransiskus pada tahun 2024, yang memperkuat posisi Indonesia sebagai model dialog antaragama dunia. Deklarasi ini juga menjadi simbol komitmen Indonesia dalam mempromosikan harmoni global.
Pada Desember 2024, Prof. Nasaruddin memberikan kuliah umum di Universitas Islam Internasional Indonesia. Beliau menyoroti pentingnya iman dalam mendorong praktik berkelanjutan dan kesadaran ekologi. Pesan ini menunjukkan integrasi nilai religius dengan kepedulian lingkungan, menjadikan beliau relevan dalam isu-isu global.
Riwayat Kehidupan dan Pendidikan
Prof. Nasaruddin Umar menyelesaikan pendidikan sarjana di IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di mana beliau kemudian meraih gelar Magister (1992) dan Doktor (1998). Untuk memperluas wawasannya, beliau melanjutkan studi ke berbagai universitas terkemuka di dunia, termasuk:
- Universitas McGill, Kanada (1993–1994)
- Universitas Leiden, Belanda (1994–1995)
- Sophia University, Jepang (2001)
- SOAS University of London (2001–2002)
- Georgetown University, AS (2003–2004)
Pendidikan lintas negara ini memperkuat wawasan beliau dalam memahami dinamika agama dan masyarakat global, menjadikannya tokoh yang dihormati di berbagai forum internasional.
Karier dan Kiprah Organisasi
Sebelum menjadi Menteri Agama, Prof. Nasaruddin Umar telah mengukir perjalanan panjang di bidang keagamaan dan pendidikan. Berikut adalah beberapa posisi strategis yang pernah beliau emban:
- Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam di Kementerian Agama
- Wakil Menteri Agama RI (2011–2014)
- Ketua Umum BP4 (2019–2024)
- Ketua Umum Pondok Pesantren As'adiyah (2022)
- Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022–2027
Sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin memainkan peran penting dalam revitalisasi Masjid Istiqlal. Di bawah kepemimpinannya, masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah tetapi juga pusat pendidikan dan dialog lintas agama. Pada masa pandemi, beliau memimpin inisiatif transformasi Istiqlal menjadi masjid ramah lingkungan, lengkap dengan instalasi panel surya dan pengelolaan air yang berkelanjutan.

Moderasi Beragama dan Diplomasi Internasional
Moderasi beragama menjadi salah satu fokus utama Prof. Nasaruddin Umar. Beliau percaya bahwa harmoni antara umat beragama adalah kunci untuk membangun bangsa yang kuat dan inklusif. Sebagai Menteri Agama, beliau mendorong dialog antarumat beragama baik di tingkat nasional maupun internasional.
Pada 2024, beliau menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal dengan Paus Fransiskus. Deklarasi ini tidak hanya mempererat hubungan Islam dan Katolik, tetapi juga menjadi simbol penting untuk mempromosikan toleransi di tengah dinamika global yang kompleks. Langkah ini memperkuat posisi Indonesia sebagai model keberagaman dan moderasi di dunia.
Selain itu, Prof. Nasaruddin juga aktif dalam forum internasional, termasuk sebagai anggota Tim Penasehat Inggris-Indonesia yang didirikan oleh Tony Blair. Peran ini memberinya kesempatan untuk berkontribusi dalam membangun jembatan antara dunia Barat dan dunia Islam.
Fokus pada Isu Lingkungan
Salah satu aspek yang membedakan Prof. Nasaruddin Umar adalah kepeduliannya terhadap isu lingkungan. Dalam berbagai kesempatan, beliau menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual dalam mendukung kesadaran ekologis. Pada Desember 2024, beliau memberikan kuliah umum di Universitas Islam Internasional Indonesia, di mana beliau menyoroti peran agama dalam mendorong praktik berkelanjutan.
Prof. Nasaruddin percaya bahwa kerusakan lingkungan tidak hanya masalah teknis, tetapi juga masalah moral dan spiritual. Oleh karena itu, beliau mendorong pemimpin agama untuk mengambil peran aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Persepsi Publik dan Media
Sepanjang tahun 2024, Prof. Nasaruddin Umar menjadi sorotan media dengan total 15.104 pemberitaan dari 2.134 media. Lonjakan pemberitaan terjadi pada Oktober 2024 saat pelantikannya sebagai Menteri Agama RI. Media juga banyak menyoroti aktivitasnya dalam mempromosikan toleransi, termasuk kehadirannya pada Puncak Perayaan Natal Nasional 2024 di Indonesia Arena, Jakarta.
Persepsi sentimen berita tentang Prof. Nasaruddin mayoritas netral (57%), dengan 43% berita bernada positif. Hal ini mencerminkan apresiasi publik terhadap kontribusinya, terutama dalam mempromosikan moderasi beragama dan harmoni sosial.

Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., adalah teladan kepemimpinan yang memadukan nilai-nilai religius dengan inovasi modern. Dari perannya sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal hingga Menteri Agama RI, beliau terus menunjukkan dedikasi dalam mempromosikan moderasi beragama, toleransi, dan keberlanjutan. Melalui kebijakan dan inisiatif strategisnya, Prof. Nasaruddin telah menempatkan Indonesia sebagai model dialog antaragama dunia.
Sebagai sosok yang rendah hati namun visioner, Prof. Nasaruddin Umar membuktikan bahwa kepemimpinan yang inklusif dapat membawa perubahan positif bagi bangsa dan dunia. Beliau adalah inspirasi bagi generasi muda untuk mengedepankan nilai-nilai harmoni dalam membangun masa depan yang lebih baik.




