Prof Bambang : Tantangan besar menuju Indonesia Emas 2045
Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi Prof Bambang Brodjonegoro mengatakan 20 tahun mendatang adalah momentum besar menuju Indonesia Emas 2045. Menurut Bambang, sebagai bangsa, ini adalah visi besar menjadi negara maju, berpendapatan tinggi, dengan sumber daya manusia yang produktif, berkualitas, dan siap bersaing di tingkat global. Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara kunci dalam acara Sarasehan dengan tema Mengonsolidasi Kekuatan untuk Mengatasi Hambatan dan Tantangan dalam 20 tahun Menuju Indonesia Emas 2045 yang digelar di Antara Heritage Centre Jakarta Rabu 5/2/2025.

Elshinta.com - Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi Prof Bambang Brodjonegoro mengatakan 20 tahun mendatang adalah momentum besar menuju Indonesia Emas 2045. Menurut Bambang, sebagai bangsa, ini adalah visi besar menjadi negara maju, berpendapatan tinggi, dengan sumber daya manusia yang produktif, berkualitas, dan siap bersaing di tingkat global. Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara kunci dalam acara Sarasehan dengan tema Mengonsolidasi Kekuatan untuk Mengatasi Hambatan dan Tantangan dalam 20 tahun Menuju Indonesia Emas 2045 yang digelar di Antara Heritage Centre Jakarta Rabu 5/2/2025.
"Salah satu kunci utama untuk mencapai visi ini adalah bonus demografi yang sedang kita alami. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah memasuki era bonus demografi sejak 2015, dengan puncaknya diproyeksikan terjadi pada 2020-2035. Pada 2045, sekitar 70% penduduk kita akan berada dalam usia produktif. Ini adalah peluang emas untuk menciptakan Indonesia yang maju dan berdaya saing," papar Bambang Brodjonegoro.
Bambang Brodjonegoro yang pernah menduduki jabatan di Kabinet Pemerintahan Jokowidodo-Maruf Amin menambahkan untuk mencapai visi tersebut ada sejumlah tantangan. "Tantangan terbesar kita adalah
mempersiapkan generasi muda dengan keterampilan yang relevan untuk menjawab kebutuhan masa depan ditengah persoalan kualitas pendidikan,: ujar Bambang.
Selain itu Bambang Brodjonegoro mengungkapkan hambatan besar yang dihadapi di sektor ekonomi digital. Tantangan ini diperparah oleh kesenjangan digital yang masih tinggi, terutama di wilayah pedesaan. "Jika tidak segera ditangani, kesenjangan ini dapat memperlebar ketimpangan sosialekonomi antar wilayah,"
Bambang Brodjonegoro mencontohkan negara Korea Selatan yang berhasil memanfaatkan bonus demografi melalui investasi di sektor pendidikan, kesehatan reproduksi, dan kebijakan ekonomi. Mereka mengubah sistem pendidikan menjadi lebih berorientasi produksi, memberikan masyarakat keterampilan yang relevan untuk mendorong pembangunan ekonomi. " Korea Selatan dalam waku cepat nail kelas menjadi negara maju. Tahun 70 an Korsel masuk kelompok negara berpendapatan low, namun naik cepat ke medium dan saat ini upper,"ungkapnya.
Pemerintah dinilai telah memulai langkah strategis seperti program Merdeka Belajar, Kartu Prakerja, dan Digital Talent Scholarship. Namun, menurut Bambang kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan. Selain itu, tambahnya, tidak boleh melupakan pentingnya pemerataan pembangunan regional. Pendidikan berbasis STEAM (science, technology, engineering, arts and mathematics), pengembangan keterampilan analitis, serta literasi digital juga harus menjadi fokus sejak dini. "Dengan demikian, Indonesia tidak hanya mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, tetapi juga menjadi pemain utama di era digital dan globalisasi."
"Saya yakin, dengan langkah-langkah ini, kita dapat membangun generasi muda yang tidak hanya mampu menghadapi tantangan, tetapi juga menciptakan solusi," ujar Bambang Brodjonegoro menutup pidatonya kuncinya.
Acara Sarasehan yang digelar Elshinta Media Grup bertujuan mendorong terwujudnya Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045 atau Indonesia Emas 2045. Selain Prof. Bambang Brodjonegoro, Menteri BUMN Erick Thohir juga menyampaikan pidato kunci yang diwakilkan oleh Sekretaris Kementerian BUMN Rabin Indrajad Hattari.
Hadir pula pakar ekonomi dan bisnis Universitas Indonesia Prof Dr Rhenald Kasali, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora Prof Asrorun Niam Soleh, aktivis disabilitas sekaligus mantan Staf Khusus Presiden RI Angkie Yudistia sebagai pembicara mewakili kalangan generasi muda, wirausahawan kuliner yang sukses dengan jenama Kopi Tuku Andanu Prasetyo, serta Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional Rezzi Eko Caraka (Nak)