Gas elpiji 3Kg sulit didapat, Guru SMP buat kompor berbahan bakar limbah oli dan minyak goreng
Di tengah sulitnya mendapatkan gas elpiji 3kg di warung maupun di toko, seorang guru SMP swasta di Solo, Jawa Tengah membuat kompor lipat berbahan bakar limbah oli dan minyak goreng.
Foto: Sarwoto/Radio ElshintaElshinta.com - Di tengah sulitnya mendapatkan gas elpiji 3kg di warung maupun di toko, seorang guru SMP swasta di Solo, Jawa Tengah membuat kompor lipat berbahan bakar limbah oli dan minyak goreng.
Kompor lipat berbahan bakar limbah tersebut dibuat terinspirasi adanya kompor portable berbahan gas.
”Saya pingin gimana ini menjadi sebuah kompor lipat berbahan bakar limbah yang mudah dibawa kemana-mana. Limbah didaur ulang salah satunya adalah limbah cair, nah limbah cair yang kita gunakan di sini yang masyarakat umum sering menggunakan bisa menggunakan oli bekas atau memakai minyak jelantah,” kata Nurul Fitriya di acara Homestay 07’15 SMP Muhammadiyah Program Khusus, Kota barat Solo di dukuh Wonokerti Kelurahan Pelem, Kecamatan Simo, kabupaten Boyolali Jawa Tengah, pada Minggu (09/02).
Nurul Fitriya menjelaskan,kompor ini bias menjadi kompor alternative disaat gas melon langka atau sulit didapat seperti saat ini.
“Kompor lipat dengan menggunakan dua fungsi jadi kan bisa menggunakan limbah cair dan bisa menggunakan briket,” kata Nurul Fitriya ,seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sarwoto.
Mahasiswa S2 pendidikan fisika di universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta mengemukakan, kompor produknya sangat praktis bisa dibawa kemana mana, selain itu bahan dan biaya bikin sangat murah.
“Disini sebagai pengganti pematik kita gunakan daun atau kertas, dan juga memakai blowe kecil dengan arus listri atau powerbank dan setelah api menjadi biru siap kita gunakan,” ucapnya.
Ia mengatakan, hasil karya sudah sering digunakan untuk memasak. “Kalau masak mie instan kita butuh waktu 7 hingga 10 menit itu sudah matang,” katanya.
Lebih lanjut Nurul menyatakan, pemanfaatan limbah oli dan minyak goreng sebagai bahan bakar kompor lebih baik daripada membuangnya yang dapat merusak unsur hara tanah. Pasalnya, limbah oli dan minyak goreng termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
“Daripada dibuang dan bisa merusak tanah, limbah oli dan minyak goreng dapat diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis,” tandasnya.
Sementara itu, Darti seorang warga menyambut baik dengan produk kompor lipat yang menggunakan bahan bakar limbah.
“kalau menurut saya ini sangat membantu warga, disaat gas sulit dicari, kompor ini sangat praktis dan saya harapakan segera dipasarkan,” ucapnya.
Sementara itu, Humas SMP Muhammadiyah Program Khusus Kota Barat Solo Ariyanto mengatakan,kita mengadakan agenda rutin setiap tahun yaitu homestay di Dukuh Wonokerti, Desa Pelem, Simo Boyolali.
Ariyanto juga menjelaskan kegiatan lain adalah pengabdian masyarakat dari SMP PK kepada Dukuh Wonokerki.
“Kemarin kita sudah mengajak masyarakat untuk belajar kaitan dengan lilin aromaterapi dari minyak jelantah, kemudian hari ini ada sosialisasi kaitan dengan inovasi yang dilakukan oleh ustadzah Nurul Fitria berkaitan dengan kompor yang menggunakan limbah sehingga nanti bisa bermanfaat,” katanya.




