Menteri LH/Kepala BPLH beri amanat kesiapan implementasi roadmap pengelolaan sampah di DKI
Bertindak selaku Pembina, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurrofiq memberi amanat pada Apel Kesiapan Aksi Implementasi Road Map Pengelolaan Sampah Jakarta, Senin (17/2) di Kantor Wali Kota Jakarta Utara. Apel Kesiapan ini dipimpin oleh Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi.\r\n\r\n

Elshinta.com - Bertindak selaku Pembina, Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurrofiq memberi amanat pada Apel Kesiapan Aksi Implementasi Road Map Pengelolaan Sampah Jakarta, Senin (17/2) di Kantor Wali Kota Jakarta Utara. Apel Kesiapan ini dipimpin oleh Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut yakni Deputi Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun (PSLB3), Staf Ahli Menteri Bidang Keragaman Hayati dan Sosial Budaya, Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta, Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekda Provinsi DKI Jakarta, Wali Kota Jakarta Utara, Wali Kota Jakarta Barat, Wali Kota Jakarta Timur, Wali Kota Jakarta Selatan, Wali Kota Jakarta Pusat, Bupati Kepulauan Seribu serta Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.
Dalam amanatnya, Menteri Hanif Faisol Nurrofiq menyampaikan bahwa sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), DKI Jakarta menghasilkan 8.607,26 ton sampah per hari pada 2023, dengan tingkat pengelolaan 99,6%, namun 86,69% (7.462 ton) masih bergantung pada TPST Bantargebang, membebani kapasitas TPA dan menyebabkan sampah lebih banyak ditimbun di landfill.
"Situasi ini mendesak perubahan paradigma dari pola business as usual yang hanya mengandalkan TPA, menuju penguatan pengelolaan sampah di hulu dan industrialisasi pengolahan sampah harus diberlakukan agar sistem yang lebih efektif dan berkelanjutan,” tegas Hanif seperti dilaporkan Reporter Elshinta, ME Sudiono, Senin (17/2).
Dalam laporannya, Pj. Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi menegaskan bahwa peta jalan pengelolaan sampah merupakan kerja keras dan sinergi seluruh pihak yang efektif, berkelanjutan, dan berbasis kolaborasi dan akan dilakukan dari hulu, tengah, dan hilir. Dari Hulu program yang akan diimplementasikan adalah peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemilahan, penguatan bank sampah, dan ekonomi sirkular. Pada bagian tengah optimalisasi Tempat Penampungan
Sementara, TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) dan di bagian hilir melalui peningkatan fasilitas Refuse-Derived Fuel (RDF) dan kemitraan dengan swasta untuk mengurangi sampah ke Tempat Pengelolaan Akhir dengan menciptakan manfaat ekonomi.Setelah melalui serangkaian pertemuan bersama antara Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan Deputi PSLB3 dan para pihak yang tergabung dalam Tim Kolaborasi Percepatan Pengelolaan Sampah Jakarta, maka disusunlah sebuah peta jalan aksi implementasi pengelolaan sampah di Jakarta.
Tim tersebut merekomendasikan Kota Administratif Jakarta Utara sebagai prioritas percontohan implementasi roadmap tersebut. Peningkatan pemilahan sampah dari sumbernya dan pemanfaatan sampah melalui kerjasama para pihak menjadi prioritas utama. Untuk itu Tim telah menghimpun mitra aksi percepatan pengelolaan sampah di Jakarta dan telah melakukan pendataan serta analisis situasi.
Menurut data yang diolah dari Deputi PSLB3, terdapat 2287 Bank Sampah dengan kapasitas sekitar 6,13% dari timbulan sampah perhari di Jakarta. Target pembangunan Bank Sampah di setiap RW siap dimasukkan dalam Program 100 Hari Kinerja Gubernur Jakarta yang akan dilantik. Pemprov DKI Jakarta merencanakan pembentukan Bank Sampah baru di 870 RW (31% dari jumlah RW di Jakarta), serta membina Bank Sampah yang telah ada.Jenis sampah di Jakarta didominasi oleh sampah dapur dari rumah tangga, sampah taman dan tebangan pohon.
Pengurangan sampah organik telah dilakukan dengan terdapatnya 278 rumah maggot dengan total sampah terolah sebesar 913ton pertahun. Selain itu, sampah organik juga dikomposkan dengan kontribusi pengurangan sampah sebesar 1.451 ton/tahun. Kapasitas ini masih sangat kecil dibanding dengan timbulan sampah Jakarta yang berkisar 7000 – 8000 ton/hari.
Untuk peningkatan kapasitas pengolahan sampah organik, akan dikembangkan teknologi penyesuaian unsur hara dalam pengolahan sampah organik, pengaturan mekanisme pengumpulan sampah organic dari rumah tangga atau restoran ke titik kumpul, pembentukan dan pembinaan pengolah sampah organic seperti kompos, maggot Black Soldier Fly maupun eco-enzim di setiap wilayah, peningkatan nilai jual bagi olahan maggot dan lain-lain melalui kerjasama dengan Dinas Pertamanan dan pihak-pihak terkait.