Ramadan di Istiqlal: Keadilan gender dalam islam, memahami kesetaraan laki-laki dan perempuan

Elshinta.com - Dalam kehidupan sosial, keadilan memiliki banyak aspek, seperti keadilan sosial, politik, hingga keadilan dalam keluarga. Namun, dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas keadilan gender, yaitu keadilan yang berbasis pada jenis kelamin.

Sering kali dalam masyarakat, perempuan dianggap sebagai "the second sex", atau jenis kelamin kedua yang kurang mendapatkan apresiasi dan kesempatan yang setara dengan laki-laki. Hal ini menimbulkan ketimpangan dalam berbagai sektor, baik dalam keluarga, dunia kerja, hingga kepemimpinan.

Kesetaraan dalam Al-Qur’an
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi keadilan. Dalam Al-Qur’an, laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menjadikan salah satu gender lebih istimewa dibandingkan yang lain.

Jika kita melihat realitas saat ini, separuh dari populasi Indonesia adalah perempuan. Maka, bagaimana mungkin kita bisa bersaing dengan negara lain jika hanya laki-laki yang diberi kesempatan untuk berkembang? Oleh sebab itu, perempuan harus diberikan ruang untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa, baik di sektor ekonomi, sosial, maupun politik.

Perempuan dalam Islam: Berdaya di Ranah Publik dan Domestik
Banyak yang masih berpikir bahwa perempuan hanya berperan di ranah domestik, seperti mengurus rumah tangga, memasak, dan mengasuh anak. Padahal, dalam sejarah Islam, perempuan telah berperan aktif dalam berbagai bidang.

Sebagai contoh, Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Rasulullah ﷺ, adalah seorang pengusaha sukses yang bahkan menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya. Begitu pula Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang dikenal sebagai intelektual dan ahli hadis yang banyak berkontribusi dalam penyebaran ilmu Islam.

Dalam sejarah kepemimpinan, perempuan juga memiliki hak yang sama dalam Islam. Al-Qur’an tidak secara mutlak menetapkan bahwa kepala rumah tangga harus laki-laki. Dalam beberapa kondisi, perempuan juga bisa menjadi pemimpin, seperti yang terjadi pada masa Rasulullah ﷺ ketika Khadijah menjadi sosok yang berpengaruh di Makkah.

Menghapus Stereotip terhadap Perempuan
Sering kali perempuan dalam kisah-kisah agama digambarkan sebagai penggoda atau penyebab fitnah. Misalnya, dalam kisah Nabi Adam dan Siti Hawa, perempuan sering disalahkan sebagai penyebab terusirnya manusia dari surga. Begitu pula dalam kisah Nabi Yusuf, di mana perempuan dianggap sebagai penggoda.

Namun, dalam Al-Qur’an sendiri, terdapat banyak contoh perempuan yang berprestasi dan menjadi teladan bagi umat manusia. Sebut saja Maryam, ibu Nabi Isa, yang dipuji karena kesalehan dan keteguhannya. Begitu pula Asiyah, istri Firaun, yang tetap beriman meskipun hidup dalam lingkungan yang penuh kemaksiatan.

Islam menempatkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang setara. Tidak ada gender yang lebih tinggi atau lebih rendah. Oleh karena itu, sudah saatnya kita menghapus pandangan yang mendiskreditkan perempuan dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua untuk berkembang.

Dengan keadilan gender, kita tidak hanya membangun keluarga yang harmonis, tetapi juga membentuk bangsa yang lebih kuat dan maju. Semoga kita semua bisa memahami dan menerapkan prinsip keadilan dalam kehidupan sehari-hari.

Pesan Ramadan disampaikan oleh Menteri Agama RI & Imam besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA bersama Majelis Hukama Muslimin Kantor Cabang Indonesia setiap hari selama Ramadan 1446 H pukul 09.00 WIB. Acara ini di dukung oleh Majelis Hukama Muslimin Kantor Cabang Indonesia.