KLH dan Kemenag gelar Kampanye Gaya Hidup Sadar Sampah di Pesantren
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) bersama Kementerian Agama (Kemenag) gelar Kampanye Gaya Hidup Sadar Sampah di Pesantren.

Elshinta.com - Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) bersama Kementerian Agama (Kemenag) gelar Kampanye Gaya Hidup Sadar Sampah di Pesantren.
Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 itu digelar secara serentak di sejumlah pondok pesantren, Sabtu (8/3/2025).
Acara yang dipusatkan di Pondok Pesantren Al Muhajirin III, Jalan Raya Purwakarta-Bandung Desa Sukajaya, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta itu dibalut dengan buka bersama dan ceramah agama terkait pentingnya gaya hidup bersih dalam Islam.
Selain itu, dilakukan juga pengukuhan Kader Lingkungan Generasi Muda Kalangan Santri serta penyerahan bantuan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Agama Republik Indonesia, yang diwakili oleh Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Dr. Basnang Said.
Dalam pidatonya, Menteri Lingkungan Hidup (LH) dan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofiq mengatakan, selain di Kabupaten Purwakarta, kegiatan yang sama juga dilaksanakan di sejumlah Pondok Pesantren.
Menteri Hanif mengungkapkan, Kementerian Lingkungan Hidup mencatat bahwa sampah nasional berjumalah sekitar 56,6 juta ton.
Sementara pengelolaan sampah yang dilakukan sesuai dengan tata lingkungannya hanya mencapai 39 persen, sehingga ada sekitar 61 persen dari sampah yang sejumlah 56,6 juta ton itu tidak dikelola dengan baik.
Sebagian ada yang ditimbun di tempat pemrosesan akhir sampah, sebagian lain ditimbun di tempat-tempat lain di sepanjang jalan, sungai mungkin di sebagian dari pesantren-pesantren juga di sepanjang pinggir-pinggir laut ini tentu telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang luar biasa.
Menurut Hanif, pengelolaan sampah di Indonesia saat ini menjadi permasalahan yang serius dan semakin mendesak seiring dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat di Indonesia. Hal ini menyebabkan dampak negatif berupa gangguan terhadap kesehatan masyarakat dan ekosistem mencakup pencemaran air dan tanah serta peningkatan resiko penyakit.
Kurangnya kesadaran masyarakat, infrastruktur pengelolaan sampah yang masih belum memadai, dan kebijakan yang belum optimal merupakan beberapa faktor yang menjadi tantangan dalam meningkatkan pengelolaan sampah di Indonesia.
Kata Hanif, untuk mengatasi tantangan tersebut diperlukan strategi komprehensif dari hulu ke hilir yang melibatkan partisipasi aktif seluruh tingkat masyarakat, peningkatan kapasitas dalam pengelolaan sampah, serta adopsi teknologi yang ramah lingkungan.
Pengelolaan sampah berupa pemilahan dan mengolah sampah dari sumber merupakan kunci utama yang dapat mengurangi timbulan sampah yang diolah di TPA.
"Untuk itu diperlukan implementasi kebijakan yang efektif dan kerja sama yang sinergis antar stakeholder dalam upaya mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan bagi generasi mendatang," ujarnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Tita Sopandi, Senin (10/3).
Terkait Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, Menteri Hanif mengatakan bahwa peringatan ini juga sebagai pengingat adanya tragedi sampah di TPA Leuwigajah pada 21 Februari 2005 lalu. Peringatan HPSN tahun 2025 bertepatan dengan 20 tahun tragedi Leuwigajah, dengan mengambil tema, Kolaborasi Untuk Indonesia Bersih, sebagai ajang peringatan dan pemaknaan yang mendalam terhadap pola pengelolaan sampah khususnya TPA di seluruh Indonesia.
Rangkaian kegiatan diselenggarakan melalui Bulan Peduli Sampah Nasional selama bulan Februari melalui ragam kegiatan peduli sampah tingkat nasional dan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan elemen masyarakat.
Fokus kegiatan dilakukan melalui upaya-upaya pengelolaan sampah yang dapat memberikan kontribusi nyata dalam upaya mencapai target pengelolaan sampah yang ditetapkan dalam, Delapan (Asta) Aksi Peduli Sampah Nasional Tahun 2025, yaitu pantai, gunung, mangrove, desa, pesantren, pasar, sekolah dan kampus.
Pondok Pesantren merupakan sarana pembelajaran dan penajaman intelektual generasi penerus harus terus ditantang terkait inovasi pengelolaan sampah. Dukungan pesantren sangat diperlukan dalam rangka implementasi praktik pengelolaan sampah yang baik.
Rangkaian kegiatan peringatan HPSN Tahun 2025 untuk Asta Pesantren mengusung tema Kampanye Gaya Hidup Sadar Sampah, sehingga pesantren diharapkan dapat
menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
Kegiatan bersama pondok pesantren ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen dan peran aktif warga pesantren dan kelompok masyarakat sekitar pesantren dalam melaksanakan pengelolaan sampah dari sumbernya melalui gerakan memilah dan mengolah sampah secara mandiri.
Tujuannya, adalah membangun budaya menghindari dan membatasi timbulan sampah di lingkungan pesantren, membangun budaya memilah dan mengolah sampah di lingkungan pesantren, membangun jiwa kewirausahawan sosial dalam pengelolaan sampah bagi para santri dan menciptakan lingkungan pesantren yang bersih, nyaman, dan berwawasan lingkungan.