Guru Besar FPOK UPI harap KDM perhatikan bonus atlet di luar sepakbola
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memberikan uang kadeudeuh alias bonus sebesar Rp1 miliar kepada seluruh pemain Persib Bandung yang sukses meraih juara Liga 1 Indonesia 2024/2025.

Elshinta.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memberikan uang kadeudeuh alias bonus sebesar Rp1 miliar kepada seluruh pemain Persib Bandung yang sukses meraih juara Liga 1 Indonesia 2024/2025. Bonus yang berasal dari uang pribadi KDM, sapaan akrab Dedi Mulyadi, diserahkan usai rapat paripurna DPRD Jawa Barat kepada perwakilan pemain Persib, Adam Alis, di Gedung DPRD Jawa Barat J Diponegoro Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (26/5/2025).
Berkenaan dengan hal itu, Guru Besar Kondisi Fisik Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia (FPOK UPI), Prof. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd., berharap Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, juga memperhatikan bonus atlet dari cabang olahraga (cabor) lain yang ikut mengharumkan nama Jawa Barat. Menurut Dikdik atlet cabor lainnya hanya mengandalkan gaji bulanan yang masih sangat rendah.
"Jangan sampai nanti ada atlet Jawa Barat yang mengharumkan nama Jawa Barat, tapi bonusnya tidak diperhatikan oleh KDM. Jangan hanya sepakbola. Sepakbola pemainnya sudah punya banyak uang. Yang kasihan atlet cabang olahraga lain yang notabene hanya mengandalkan gaji bulanan, yang sangat rendah, jauh dibandingkan pemain sepakbola," ujar Dikdik seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Nico Aquaresta, Selasa (27/5).
Dikdik menambahkan, atlet cabor di Pekan Olahraga Nasional (PON) selama ini harus rela menunggu turunnya bonus selama 4 tahun. Dari sisi penghasilan, tandas Dikdik, gaji yang diterima atlet di pemusatan latihan daerah (Pelatda) juga masih jauh di bawah penghasilan pesepakbola.
"Selain sepakbola, cabang olahraga di PON, nunggu bonus turunnya 4 tahun sekali. Gaji bulanan atlet di Pelatda saja boleh dikatakan kurang dari 10 juta, mungkin hanya 5 juta. Sementara pemain sepakbola bayaran per bulannya di atas 50 (juta), dikasih bonusnya luar biasa," imbuhnya.
Dikdik berharap mensejahterahkan atlet berprestasi harus dilakukan secara berkeadilan dan tidak ada kesan pencitraan.
"Jadi kesannya itu bagian dari citra akhirnya. Cabang olahraga lain citranya tidak istimewa. Sepakbola pendukungnya banyak, suaranya banyak. Untuk mensejahterahkan harus berkeadilan," tutup Dikdik.