Top
Begin typing your search above and press return to search.

Mahasiswa Papua minta Pemerintah hentikan operasi militer di Papua

Sejumlah mahasiswa Papua se Aceh melakukan unjukrasa dengan berjalan kaki dari simpang lima Banda Aceh ke Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Aceh untuk menyampaikan keresahan masyarakat Papua terkait kondisi Papua yang saat ini.

Mahasiswa Papua minta Pemerintah hentikan operasi militer di Papua
X
Sumber foto: Fitri Juliana/elshinta.com.

Elshinta.com - Sejumlah mahasiswa Papua se Aceh melakukan unjukrasa dengan berjalan kaki dari simpang lima Banda Aceh ke Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Aceh untuk menyampaikan keresahan masyarakat Papua terkait kondisi Papua yang saat ini sedang tidak baik-baik saja. Konflik bersenjata terus terjadi di tanah kelahiran mereka.

Dalam aksi tersebut mereka mengusung spanduk bertuliskan “Kami butuh keadilan, bukan peluru. Stop kriminalisasi dan militerisasi di tanah Papua” yang dipasang di mobil yang menjadi panggung aksi mahasiswa Papua, Selasa (27/5).

Koordinator Lapangan (Korlap), Askim Alimdam dalam orasinya mengatakan sejak tahun 1961 hingga saat ini masyarakat Papua tidak pernah merasakan keadilan, tidak pernah menikmati hasil buminya sendiri. Mereka selalu ditindas, konflik bersenjata terus terjadi di tanah Papua hingga mengakibatkan puluhan ribu masyarakat harus mengungsi.

“Papua saat ini sedang menghadapi krisis kemanusiaan dan pelanggaran HAM sistemik 80.000 warga mengungsi sejak 2018 akibat operasi militer dan konflik bersenjata. Saat ini negara gagal melindungi rakyatnya dan impunitas terus berlangsung tanpa keadilan” teriak Korlap Askim di depan DPRA.

Boas Tabuni, mahasiswa Papua lainnya, juga menyuarakan hal yang sama tentang kondisi pelanggaran HAM yang terjadi di Papua hingga saat ini. Ia meminta Presiden Prabowo dan Menteri HAM Natalius Bagai untuk segera menyelesaikan pelanggaran HAM di Papua. Agar masyarakat Papua bisa hidup dengan tenang, damai tanpa ketakutan seperti masyarakat Indonesia lainnya.

“Negara harus hadir untuk Papua, masyarakat Papua butuh keadilan, butuh kedamaian, butuh ketenangan tanpa harus merasa ketakutan apakah besok masih bisa melihat matahari lagi atau tidak” teriak Boas seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Fitri Juliana, Selasa (27/5).

Selama ini orang mengatakan Papua adalah surga kecil, tapi tidak bagi masyarakat Papua, karena hampir setiap hari mereka hidup dalam kubangan darah, ada saja korban yang berjatuhan hingga membuat mereka trauma psikis. Sebagian besar korbannya adalah perempuan, anak-anak dan lansia, tambah wakil korlap aksi, Boas.

Kasus pelanggaran HAM di tahan Papua telah mengakibatkan 80.000 warga sipil mengungsi sejak tahun 2018 di Nduga, Intan Jaya, Yahukimo dan pegunungan Bintang yang hingga saat ini tidak pernnah diselesaikan secara adil. Negara abai dan aparat sebagai pelaku tidak dihukum secara tegas.

Ada 7 tuntutan dan seruan aksi yang disuarakan mahasiswa Papua se-Aceh, yaitu hentikan segera operasi militer di tanah Papua, tarik aparat TNI-Polri dari kampung-kampung sipil, usut tuntas kasus-kasus pelanggaran HAM oleh aparat.

Selain itu, berikan akses bagi komisi HAM PBB dan jurnalis ke Papua. Bangun proses dialog damai yang melibatkan Orang Asli Papua (OAP) secara bermartabat. Serta, dirikan komisi kebenaran dan keadilan untuk Papua, serta berikan jaminan Hukum, Pemulihan dan rehabilitasi bagi korban dan keluarga.

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire