Kemenhut hentikan penyelundupan ratusan burung kicau dari Bali
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur bersama tim gabungan berhasil menghentikan penyelundupan ratusan burung kicau dari Bali menuju Jawa Tengah.

Elshinta.com - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur bersama tim gabungan berhasil menghentikan penyelundupan ratusan burung kicau dari Bali menuju Jawa Tengah.
Kepala Balai Besar KSDA Jawa Timur Nur Patria Kurniawan dalam keterangan diterima di Jakarta, Selasa, menjelaskan bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni lalu, pihaknya berhasil menghentikan pengiriman secara ilegal 331 burung kicau di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur setelah diketahui diangkut menggunakan bus antarkota tanpa dokumen resmi.
"Melindungi satwa liar adalah bagian dari mencintai Indonesia. Jika kita merawat kehidupan lain, maka kita sedang merawat nilai-nilai luhur bangsa ini," katanya.
Ia mengingatkan masyarakat agar tidak membeli, memelihara, atau memperjualbelikan satwa liar secara ilegal.
"Jika menemukan aktivitas mencurigakan, laporkan segera. Alam tak bisa bicara, tapi kita bisa menjadi suara mereka," katanya.
Dia mengatakan sinergi antara Tim Penyelamatan Satwa Liar (Matawali), Resort Konservasi Wilayah (RKW) 13 Banyuwangi-Situbondo-Bondowoso, Balai Besar KSDA Jawa Timur dan Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Jatim Satpel Ketapang berhasil menghentikan pengiriman ilegal 331 ekor burung kicau.
Burung-burung itu terdiri atas Merbah Trukcuk (Pycnonotus goiavier) sebanyak 212 ekor dan Cinenen Jawa (Orthotomus sepium) 119 ekor. Total ada 299 ekor burung yang masih hidup dan segera ditangani secara cepat dan hati-hati oleh tim gabungan. Setelah melalui pemeriksaan awal di Karantina Ketapang, burung-burung tersebut langsung dilepasliarkan ke kawasan Cagar Alam Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup.
Dia mengharapkan habitat yang sejuk dan alami itu mampu membantu pemulihan satwa yang sempat mengalami stres akibat pengangkutan yang tidak layak. Ia menjelaskan pelepasliaran satwa itu menjadi simbol bahwa alam masih mempunyai harapan, selama ada niat dan kerja nyata untuk menjaga dan melindunginya.