Top
Begin typing your search above and press return to search.

Pengamat: Transformasi digital harus diiringi kesiapan memadai

Pengamat perbankan Revie Fayanti menyatakan meningkatnya frekuensi serangan siber di sektor jasa keuangan menjadi pengingat bahwa transformasi digital harus diiringi dengan kewaspadaan serta kesiapan yang memadai.

Widodo
Pengamat: Transformasi digital harus diiringi kesiapan memadai
X
Ilustrasi - Transformasi digital ke dunia nyata, DIRI Care perluas jangkauan di Pondok Indah. ANTARA/HO-Diri Care

Elshinta.com - Pengamat perbankan Revie Fayanti menyatakan meningkatnya frekuensi serangan siber di sektor jasa keuangan menjadi pengingat bahwa transformasi digital harus diiringi dengan kewaspadaan serta kesiapan yang memadai.

Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, kejahatan siber telah menjadi ancaman sistemik yang memerlukan pendekatan mitigasi secara komprehensif.

"Kolaborasi lintas sektor, peningkatan literasi digital, serta investasi berkelanjutan dalam teknologi keamanan menjadi fondasi penting untuk menjaga kepercayaan publik dan stabilitas sektor perbankan digital," ujarnya.

Berdasarkan laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang dikutip dari laman ojk.go.id, selama 2023 tercatat sebanyak 361 juta serangan siber terjadi di Indonesia.

Dari seluruh sektor yang terdampak, katanya lagi, sektor keuangan menjadi salah satu yang paling sering diserang, menandakan tingginya tingkat risiko di industri ini.

Lebih lanjut Revie menyatakan institusi keuangan kini tidak hanya dituntut untuk berinovasi pada produk dan layanan, namun juga wajib memperkuat sistem pertahanan mereka dari berbagai bentuk ancaman digital yang terus berevolusi.

Menurut dia, pemahaman mendalam mengenai evolusi kejahatan siber di sektor perbankan sangat penting agar bank, regulator, dan nasabah dapat bersama-sama menghadapi risiko ini.

"Tanpa langkah antisipatif yang tepat, kejahatan siber bisa merusak kepercayaan publik terhadap sistem perbankan digital," ujar CEO Synergy Partner Prima itu pula.

Terkait hal itu, katanya lagi, pihaknya menggandeng para pakar di bidang keamanan siber menggagas seminar bertajuk "Kejahatan Siber di Era Digital" yang akan digelar 16 Juli 2025 di Jakarta.

Revie menambahkan kegiatan tersebut bertujuan untuk membuka wawasan dan mengedukasi para peserta mengenai bahaya nyata dari kejahatan siber dalam dunia perbankan digital yang sering kali tidak disadari namun sangat merugikan.

Sejumlah topik yang akan dibahas seperti evolusi ancaman, serta mengapa pelaku kejahatan digital kerap berada selangkah lebih maju dari sistem keamanan.

Kemudian strategi pertahanan digital, serta bagaimana lembaga keuangan, pelaku usaha, dan individu dapat memperkuat sistem keamanan dan meminimalkan risiko serangan.

Seminar tersebut juga untuk mendorong terbentuknya kolaborasi dan kesiapsiagaan, serta membangun kesadaran bahwa perang digital bukan hanya tugas divisi IT, tetapi tanggung jawab bersama antara institusi, regulator, dan penyedia layanan digital.

Melalui kegiatan tersebut, ujarnya pula, industri jasa keuangan diharapkan menjadi bagian dari pertahanan digital nasional, dengan meningkatkan kewaspadaan, sikap tanggap, serta bijak dalam mengembangkan layanan perbankan daring.

"Kami meyakini bahwa ketahanan siber di sektor jasa keuangan hanya dapat terwujud secara nyata dan berkelanjutan melalui pemahaman yang selaras dan komitmen bersama dari seluruh pihak terkait," katanya lagi.

Sumber : Antara

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire