Top
Begin typing your search above and press return to search.

Menag luncurkan AICIS+, usung ekoteologi sebagai isu global

Kementerian Agama resmi meluncurkan transformasi Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) menjadi Annual International Conference on Islam Science and Society (AICIS+). Peluncuran dilakukan oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, di Auditorium Kemenag, Jl MH Thamrind, Jakarta, Rabu (9/7/2025).

Menag luncurkan AICIS+, usung ekoteologi sebagai isu global
X
Menteri Agama Nasaruddin Umar, di Auditorium Kemenag, Jl MH Thamrind, Jakarta, Rabu (9/7/2025). Foto: Rama Pamungkas

Elshinta.com - Kementerian Agama resmi meluncurkan transformasi Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) menjadi Annual International Conference on Islam Science and Society (AICIS+). Peluncuran dilakukan oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar, di Auditorium Kemenag, Jl MH Thamrind, Jakarta, Rabu (9/7/2025).

Konferensi ini merupakan forum keilmuan internasional yang kini diperluas cakupannya, tidak hanya membahas studi Islam, tetapi juga keterkaitannya dengan sains dan masyarakat global.

Nasaruddin dalam pernyataannya menekankan bahwa AICIS+ hadir membawa isu besar bernama ekoteologi, sebuah pendekatan teologis dalam merespons krisis lingkungan global. “Kita sangat yakin betul bahwa kalau hubungan antara manusia dengan alam ini tidak harmonis, maka akibatnya lebih dahsyat daripada perang,” ujar Nasaruddin.

Ia mencontohkan, konflik seperti perang Rusia-Ukraina dan Israel dengan negara tetangganya yang menewaskan puluhan ribu jiwa. Namun, korban jiwa akibat krisis iklim justru jauh lebih besar.

“Menurut data dari PBB, kurang lebih 1 juta orang meninggal per tahun karena climate change. Jadi kalau kita tidak berhasil menciptakan harmoni antara lingkungan hidup dan manusia, maka tingkat kematian itu sangat dahsyat,” katanya.

Menurut Nasaruddin, perubahan mendasar untuk menyelamatkan bumi tidak cukup dilakukan lewat kebijakan politik atau diplomasi biasa. Ia menyebut perlunya pendekatan spiritual berbasis kesadaran teologis.

“Tidak mungkin kita bisa merubah sistem ethos tanpa merubah sistem teologi. Jadi the deepest one, yang paling dalam itu adalah sistem teologi,” ucapnya.

Nasaruddin mengatakan, sebelumnya Kemenag memperkenalkan konsep segitiga harmoni, yakni, manusia, alam, dan Tuhan. Gagasan ini menjadi fondasi trilogi baru Kementerian Agama yang sebelumnya menekankan kerukunan antarumat beragama.

“Sekarang jilid duanya, kerukunan antara sesama umat manusia tanpa membedakan etnik, agama, bahkan kewarganegaraan. Kedua, harmonisasi manusia dengan alam semesta," ujarnya.

"Ketiga, mengaktifkan rasa ketuhanan dalam setiap diri,” tambahnya.

Nasaruddin menambahkan, AICIS+ diharapkan mampu menjadi "mata air intelektual" dari Indonesia untuk dunia. Ia menyebut, inisiatif ini bahkan belum dimulai oleh organisasi internasional sekelas PBB.

“Ini kejutan luar biasa yang dilakukan di Indonesia, mampu menciptakan suatu gagasan besar dunia. PBB saja mungkin belum menggagas ini, dan ternyata starnya dari Indonesia,” tandasnya.

Penulis: Rama Pamungkas/Ter

Sumber : Radio Elshinta

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire