Top
Begin typing your search above and press return to search.

Kualitas udara Jakarta terburuk ketiga di dunia pada Minggu pagi

Elshinta.com - Kualitas udara di DKI Jakarta terburuk ketiga di dunia berdasarkan data di situs pemantau kualitas udara IQAir pada Minggu pagi.

Kualitas udara Jakarta terburuk ketiga di dunia pada Minggu pagi
X
Arsip foto - Pemandangan Tugu Monumen Nasional dan gedung-gedung di sekitarnya terlihat dari ketinggian di Jakarta, Rabu (9/4/2025). Setelah mengalami perbaikan signifikan selama masa libur Lebaran, kualitas udara Jakarta kembali berada dalam kondisi tidak sehat atau memiliki indeks kualitas udara (Air Quality Index/ AQI) di angka 153 pada Rabu (9/4) dan termasuk dalam peringkat kedelapan terburuk sedunia versi situs pemantau kualitas udara IQAir. ANTARA FOTO/Ferlian Septa Wahyusa

Elshinta.com - Kualitas udara di DKI Jakarta terburuk ketiga di dunia berdasarkan data di situs pemantau kualitas udara IQAir pada Minggu pagi.

Berdasarkan pantauan pada pukul 07.30 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 175 atau masuk kategori tidak sehat dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5.

Adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Kinshasa (Kongo) dengan indeks kualitas udara di angka 183. Kemudian di urutan kedua diikuti (Lahore) Pakistan dengan indeks kualitas udara di angka 175.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta akan meniru kota-kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.

"Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU," kata Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa (18/3).

Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. "Ke depan kita akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat," katanya.

Ia menambahkan keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis.

Penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka agar intervensi bisa lebih efektif. Dia menilai yang dibutuhkan bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara.

DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) agar pemantauan lebih luas dan akurat.

Sumber : Antara

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire