Top
Begin typing your search above and press return to search.

18 Juli 1979: Tsunami Lembata terjang Teluk Waiteba, ratusan nyawa melayang

Elshinta.com - Pada tanggal 18 Juli 1979, sebuah bencana besar terjadi di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, yang hingga kini masih dikenang sebagai salah satu peristiwa paling mematikan di wilayah tersebut. Tsunami dahsyat tiba-tiba menghantam pesisir selatan pulau tanpa didahului gempa bumi, merenggut ratusan nyawa dalam hitungan menit.

18 Juli 1979: Tsunami Lembata terjang Teluk Waiteba, ratusan nyawa melayang
X
Pesisir Teluk Waiteba, Pulau Lembata - lokasi salah satu kawasan yang terdampak parah oleh Tsunami Lembata pada 18 Juli 1979, menyebabkan korban jiwa ratusan orang. (Foto ANTARA)

Elshinta.com - Pada tanggal 18 Juli 1979, sebuah bencana besar terjadi di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur, yang hingga kini masih dikenang sebagai salah satu peristiwa paling mematikan di wilayah tersebut. Tsunami dahsyat tiba-tiba menghantam pesisir selatan pulau tanpa didahului gempa bumi, merenggut ratusan nyawa dalam hitungan menit. Gelombang raksasa itu disebabkan oleh longsoran besar dari lereng Gunung Iliwerung yang langsung jatuh ke laut. Peristiwa ini terjadi pada pukul 01.00 dini hari waktu setempat, saat sebagian besar warga tengah terlelap, sehingga hampir tak ada kesempatan bagi mereka untuk menyelamatkan diri.

Tsunami yang terjadi memiliki tinggi gelombang antara 7 hingga 10 meter dan menyapu garis pantai sepanjang 50 kilometer, terutama di sekitar Teluk Labala hingga Teluk Waiteba. Lebih dari 500 orang dinyatakan tewas, ratusan lainnya hilang, dan ribuan kehilangan tempat tinggal. Sebagian besar korban merupakan warga desa pesisir yang tidak mengetahui bahaya karena tsunami ini terjadi tanpa getaran gempa, membuatnya sangat mematikan dan nyaris tanpa peringatan.

Peristiwa ini kemudian menjadi catatan penting bagi para ahli geologi karena membuktikan bahwa tsunami tidak hanya disebabkan oleh gempa bumi, tetapi juga oleh longsoran lereng gunung ke laut akibat aktivitas vulkanik. Gunung Iliwerung sejak saat itu terus diawasi ketat, dan kawasan pesisir di sekitarnya dimasukkan ke dalam wilayah rawan bencana. Akses menuju daerah terdampak pada saat itu pun sangat terbatas. Bantuan kemanusiaan dan tim penyelamat baru bisa menjangkau lokasi beberapa hari setelah kejadian, sementara para korban yang ditemukan langsung dimakamkan secara massal.

Hingga kini, tragedi tsunami Lembata 1979 masih menjadi pengingat pahit akan pentingnya sistem mitigasi bencana yang menyeluruh di wilayah rawan seperti Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya dokumentasi dan edukasi mulai dilakukan agar generasi baru mengenal sejarah ini, bukan hanya sebagai catatan duka, tetapi juga sebagai pelajaran penting dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana serupa di masa depan.

Sumber : 18

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire