20 Juli 1947: Agresi Militer Belanda I Dimulai lewat Operasi Product
Elshinta.com - Pada 20 Juli 1947, Belanda secara resmi melancarkan Agresi Militer Belanda I melalui operasi militer bernama Operatie Product atau Operasi Product. Serangan ini dilakukan sebagai upaya Belanda untuk merebut kembali wilayah-wilayah penting di Indonesia yang dianggap vital secara ekonomi, seperti perkebunan di Sumatra dan pelabuhan strategis di Jawa.

Elshinta.com - Pada 20 Juli 1947, Belanda secara resmi melancarkan Agresi Militer Belanda I melalui operasi militer bernama Operatie Product atau Operasi Product. Serangan ini dilakukan sebagai upaya Belanda untuk merebut kembali wilayah-wilayah penting di Indonesia yang dianggap vital secara ekonomi, seperti perkebunan di Sumatra dan pelabuhan strategis di Jawa. Serangan ini menandai titik eskalasi besar dalam konflik antara Republik Indonesia dan pemerintah kolonial Belanda setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Operasi ini dilaksanakan dengan pengerahan ribuan pasukan Belanda dan didukung persenjataan berat, baik dari darat, laut, maupun udara. Meski perjanjian Linggarjati telah ditandatangani pada tahun sebelumnya, Belanda menuduh Indonesia telah melanggar kesepakatan, dan menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk melancarkan serangan. Serangan dimulai pada dini hari dengan sasaran berbagai kota penting yang masih berada di bawah kendali Republik Indonesia.
Dampak langsung dari Operasi Product adalah dikuasainya beberapa wilayah Republik, serta terganggunya jalur komunikasi dan logistik. Pemerintah Republik Indonesia pun memindahkan pusat pemerintahan ke Yogyakarta dan mulai mencari dukungan diplomatik dari dunia internasional. Agresi militer ini menuai kecaman dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan India, yang akhirnya mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) untuk menjadi mediator konflik.
Operasi Product menjadi momen krusial dalam sejarah revolusi kemerdekaan Indonesia, yang menunjukkan bagaimana perjuangan militer dan diplomatik berjalan beriringan untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan.