30 Juli 1826: Strategi Diponegoro lumpuhkan pasukan kolonial
Elshinta.com - Pada tanggal 30 Juli 1826, sebuah pertempuran penting terjadi di daerah Lengkong, Yogyakarta, sebagai bagian dari rangkaian panjang Perang Jawa (1825–1830) yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Dalam peristiwa ini, pasukan Diponegoro melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Belanda dan pihak aristokrat lokal yang pro-kolonial.
Elshinta.com - Pada tanggal 30 Juli 1826, sebuah pertempuran penting terjadi di daerah Lengkong, Yogyakarta, sebagai bagian dari rangkaian panjang Perang Jawa (1825–1830) yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Dalam peristiwa ini, pasukan Diponegoro melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Belanda dan pihak aristokrat lokal yang pro-kolonial.
Pertempuran Lengkong bukan hanya bagian dari konflik bersenjata, tetapi juga simbol dari perlawanan rakyat terhadap dominasi kekuasaan kolonial dan bangsawan feodal yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Serangan tersebut menggunakan taktik gerilya yang menjadi ciri khas strategi Diponegoro, memanfaatkan jalur-jalur kecil dan pengetahuan medan yang dikuasai penuh oleh pasukannya.
Akibat dari serangan itu, sejumlah besar pihak musuh, termasuk tokoh-tokoh penting dari kalangan bangsawan Yogyakarta yang memihak Belanda, gugur. Pertempuran ini sekaligus menggambarkan keberhasilan taktik penyergapan yang mengagetkan pihak lawan dan memperbesar dampak psikologis terhadap kekuatan kolonial di wilayah Jawa bagian tengah.
Meski tidak menghentikan laju dominasi Belanda secara keseluruhan, Pertempuran Lengkong memberi tekanan moral dan politik yang besar. Ia memperkuat semangat perjuangan lokal serta memperlihatkan bahwa kekuatan rakyat dan ketajaman strategi dapat menjadi ancaman nyata bagi kolonialisme, bahkan ketika tidak memiliki persenjataan modern.