Film "Panggil Aku Ayah". Menteri Wihaji: Jawab pertanyaan soal GATI
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, mengungkapkan bahwa film Panggil Aku Ayah dapat menjadi salah satu cara menjawab berbagai pertanyaan publik terkait Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), sebuah inisiatif dari Kemendukbangga/BKKBN

Elshinta.com - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, mengungkapkan bahwa film Panggil Aku Ayah dapat menjadi salah satu cara menjawab berbagai pertanyaan publik terkait Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), sebuah inisiatif dari Kemendukbangga/BKKBN.
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Wihaji saat menghadiri Gala Premier film Panggil Aku Ayah bersama produser, sutradara, dan para pemeran film di Epicentrum XXI, Jakarta, Rabu sore (30/07/2025).
“Bagaimana nasib mereka yang tidak mempunyai ayah karena meninggal, perceraian, tanpa status. Ini beberapa pertanyaan yang muncul. Lalu ada film Panggil Aku Ayah. Ini mungkin bisa menjawab pertanyaan tersebut,” ujar Menteri Wihaji.
GATI sendiri merupakan bagian dari upaya pembangunan keluarga yang dijalankan Kemendukbangga/BKKBN untuk merespons fenomena fatherless yaitu anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran atau keterlibatan sosok ayah. Program ini mencakup layanan konseling pranikah hingga pengasuhan anak, serta pembentukan konsorsium komunitas ayah teladan.
Menteri Wihaji menjelaskan, pada 14 Juli 2025, program ini telah dimulai dengan Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Masuk Sekolah. Gerakan yang didukung melalui Surat Edaran Mendukbangga/Kepala BKKBN ini pun menuai perhatian luas masyarakat.
Menurut Wihaji, film Panggil Aku Ayah mengangkat sisi kemanusiaan dalam peran seorang ayah. Film ini menggambarkan bahwa menjadi ayah tidak harus berdasarkan garis darah, melainkan dilandasi keterlibatan, kepedulian, dan kasih sayang.
“Sikap dan perilaku orang bisa berubah dalam beberapa detik. seperti karakter yang ada di film tersebut, yang menampilkan karakter Rosa, Pacil, Mang Dedi, Mang Tatang, Rahmat dan karakter lainnya,” ujarnya.
Berdasarkan data Kemendukbangga/BKKBN, terdapat sekitar 72,18 juta keluarga di Indonesia, dengan kepala keluarga perempuan mencapai 11,5 juta dan anak yang kehilangan ayah sekitar 20,9 persen. Angka tersebut menunjukkan pentingnya peran figur ayah, baik kandung maupun non-kandung, dalam membentuk keluarga yang kuat.
Penulis : Rizki Rian Saputra