Top
Begin typing your search above and press return to search.

Hubungan diplomatik RI-China dan evolusi mobil listrik

Kendaraan listrik sesungguhnya telah ada sejak lebih dari 100 tahun, tetapi kemudian menjadi kian populer seiring dengan meningkatnya harga bensin, ketergantungan pada minyak mentah, dan peningkatan kekhawatiran atas pemanasan global. Nama Electrobat dari Philadelphia, Amerika Serikat tercatat sebagai merek dagang kendaraan listrik pertama yang mendapatkan paten pada 1894. Kendaraan yang berjalan dengan berat dan lambat ini berbentuk seperti trem dengan ban baja dan baterai seberat 725,75 kg.

Hubungan diplomatik RI-China dan evolusi mobil listrik
X
Ketua Kamar Dagang Indonesia Komite Tiongkok (KIKT) Garibaldi Thohir, Presiden SERES Automobile Leon He dan Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun (dari kiri ke kanan) dalam peluncuran tur jalan darat mobil listrik asal China \"AITO\" dari Chongqing, Tiongkok ke Jakarta, Indonesia sepanjang 5.000 kilometer di \"Super Factory Seres\", kota Chongqing, China pada Senin (4/8/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Elshinta.com - Kendaraan listrik sesungguhnya telah ada sejak lebih dari 100 tahun, tetapi kemudian menjadi kian populer seiring dengan meningkatnya harga bensin, ketergantungan pada minyak mentah, dan peningkatan kekhawatiran atas pemanasan global. Nama Electrobat dari Philadelphia, Amerika Serikat tercatat sebagai merek dagang kendaraan listrik pertama yang mendapatkan paten pada 1894. Kendaraan yang berjalan dengan berat dan lambat ini berbentuk seperti trem dengan ban baja dan baterai seberat 725,75 kg.

Selang satu abad, pada 2025, Badan Energi Internasional dalam laporannya mengatakan penjualan mobil listrik pada 2024 mencapai 17 juta unit. Ada 3,5 juta mobil listrik yang terjual pada 2024 dengan China menjadi negara terbesar penjualan mobil listrik yaitu melebihi 11 juta unit.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga mengatakan penjualan mobil listrik di Tanah Air terus meningkat setiap tahun sejak 2020. Pada 2020 produsen hanya dapat menjual 125 unit mobil listrik, tapi naik satu tahun berselang menjadi 687 unit. Penjualan langsung melonjak pada 2022 menjadi 10.327 unit dan naik lagi pada 2023 menjadi 17.051 unit. Lonjakan kembali terjadi pada 2024 dengan capaian penjualan mobil listrik berbasis baterai 43.188 unit.

Di Indonesia, mobil listrik berasal dari berbagai negara terutama dari China, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Hingga Maret 2025, tercatat ada 16 merek mobil listrik asal China yang ada di pasar Indonesia yaitu Wuling, BYD, Chery, Neta, Great Wall Motor (Tank, Haval, Ora), Denza, BAIC, DFSK, FAW, Seres, Jetour, Jaecoo, Aion, Geely, Xpeng, Changan dan ZEEKR.

Beberapa di antara merek itu berasal dari satu perusahaan yang sama di negara asalnya, Tiongkok.

Tur darat "AITO"

Satu perusahaan mobil asal China, "SERES" yang memproduksi mobil listrik "AITO" juga berniat untuk meluaskan pasar ke Indonesia.

Promosi dilakukan dengan menggelar tur jalur darat bertajuk "Open the Way with AITO" sejauh 5.000 km dari kota Chongqing kemudian melewati negara-negara di ASEAN hingga mencapai Jakarta. Mobil yang akan digunakan dalam tur tersebut adalah jenis Sport Utility Vehicle seri AITO M5, AITO M7, dan AITO M9.

"Tahun ini, perjalanan akan berlanjut ke Indonesia, pasar strategis dengan potensi ekonomi 150 miliar dolar AS dan komitmen kuat terhadap kendaraan energi terbarukan," kata Presiden SERES Automotive Leon He dalam acara peluncuran tur darat di "SERES Super Factory", Chongqing, China pada Senin (4/8).

Acara tersebut juga dihadiri oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun, Ketua Kadin Indonesia Komite Tiongkok (KIKT) Garibaldi "Boy" Thohir serta pelaku industri otomotif lainnya. Leon mengatakan, sebelumnya AITO juga sudah melakukan ekspedisi jalur darat sepanjang 15.000 km selama 38 hari dari Chongqing ke Paris, Prancis.

"Indonesia adalah mitra penting bagi China, sekaligus 'partner' kunci Tiongkok di Asia Tenggara. Kerja sama kedua negara di bidang ekonomi, perdagangan, dan budaya telah berkembang dengan pesat dan SERES senantiasa memperhatikan dinamika dan potensi pasar Indonesia, serta berkomitmen menghadirkan visi dan inovasi di bidang industri baru," tambah Leon.

Mobil AITO sendiri memang belum masuk ke pasar Indonesia, tapi SERES Automobile telah hadir di Tanah Air melalui PT Sokonindo Automobile yang memasarkan mobil listrik dengan merek "SERES" dan "DFSK".

Pabrik Sokonindo pun sudah berdiri sejak 2017 di kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten seluas 20 hektar dan total investasi 150 juta dolar AS yang bisa mengasilkan produksi mobil maksimum 50.000 unit per tahun untuk kebutuhan pasar Indonesia maupun mancanegara.

Sedangkan Dubes Djauhari mengatakan kegiatan tersebut tidak hanya terkait Indonesia dan China saja tapi juga beberapa negara di ASEAN.

"Itu menandakan bahwa industri ini akan masuk ke Indonesia, berproduksi di Indonesia untuk pasar ASEAN, karena itu KBRI Beijing mendukung sepenuhnya," ungkap Dubes Djauhari.

Dubes Djauhari menilai, kendaraan dengan energi terbarukan (New Energy Vehicle) menjadi salah satu bagian dari ekonomi hijau.

"Kita punya bahan-bahan material khususnya untuk memproduksi baterai sebagai komponen utama dari industri kendaraan listrik. Untuk itu, kami menyambut baik adanya industri kendaraan listrik di Indonesia dan Tiongkok sekarang juga menjadi produsen utama kendaraan listrik di dunia," tambah Dubes Djauhari.

Senada dengan Dubes Djauhari, Ketua KIKT Boy Thohir mengungkapkan tur darat tersebut merupakan salah satu kegiatan besar untuk memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-China dengan melibatkan KIKT.

"Pemerintah China, terutama Presiden Xi Jinping itu sudah mencanangkan 'One Belt One Road' dan ini juga merupakan salah satu contoh 'Silk Road' dari Chongqing menuju Indonesia dan kedua, tentunya di kegiatan ini saya ingin menarik perhatian anak-anak muda," tambah Boy.

Anak-anak muda tersebut diwakili dengan kehadiran antara lain pesohor seperti Boy William dan Gading Marten hingga Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo atau yang biasa disapa Gusti Bhre.

"Karena biasanya kan anak-anak muda lebih fun, lebih suka yang informal. Jadi saya melibatkan Boy William, Gading Marten untuk menjadi ikon-ikon dan kalangan muda Indonesia bisa melihat bagaimana kemajuan teknologi Tiongkok dan terutama adalah hubungan baik antara kedua negara," ungkap Boy.

Memang generasi muda khususnya milenial dan Gen Z di wilayah perkotaan memang menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap kendaraan listrik. Ketertarikan tersebut didorong oleh faktor teknologi, gaya hidup modern, maupun pengalaman berkendara yang nyaman dan tidak berisik.

Terlebih saat ini harga mobil listrik semakin kompetitif dibanding dengan mobil tenaga bensin, dengan uang sekitar Rp300juta konsumen sudah dapat memiliki mobil listrik.

Belakangan terjadi penurunan harga baterai litium-ion (LFP) global, dari 149 dolar AS/kWh pada 2023 menjadi sekitar 99 dolar AS/kWh serta baterai nikel-mangan-kobalt (NMC) yang turun 20 persen pada 2024 membuat prediksi harga kendaraan listrik akan turun sekitar 3 persen pada 2025 dan berpotensi menurunkan mobil listrik di pasar Indonesia meski dapat juga menghambat investasi di industri tersebut.

Pemerintah Indonesia sendiri saat ini menargetkan 2 juta unit kendaraan listrik digunakan pada 2030. Selain itu pemerintah juga mendukung pembangunan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) sebanyak 31.859 hingga 62.918 unit sebagai strategi dekarbonisasi sektor transportasi.

75 tahun Indonesia-China

Tak hanya mobil listrik yang memiliki sejarah panjang, tapi hubungan diplomatik Indonesia-China juga telah mencatatkan sejarah panjang. Tahun ini, hubungan diplomatik resmi antara Indonesia dan China memasuki tahun ke-75. Hubungan tersebut dimulai pada 13 April 1950, tak lama setelah Indonesia merdeka dan China dipimpin oleh Partai Komunis di bawah pimpinan Mao Zedong.

Indonesia juga merupakan salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang mengakui China secara diplomatik.

Dalam pernyataan resminya atas peringatan 75 tahun hubungan diplomatik, Presiden China Xi Jinping mengatakan kedua negara telah saling mendukung dalam suka dan duka, bekerja sama dengan tulus, dan hubungan bilateral telah berkembang pesat, serta persahabatan China-Indonesia telah mengakar di hati rakyat.

Selain pernyataan resmi, kedekatan kedua negara juga ditunjukkan dengan kehadiran Perdana Menteri (PM) China Li Qiang ke Indonesia dalam kunjungan kenegaraan pada 24-26 Mei 2025. Presiden Prabowo juga menyatakan optimismenya bahwa optimis kerja sama kedua negara akan membawa kebaikan bagi kedua bangsa.

Wujud komitmen untuk memperkuat kerja sama antara kedua negara ditandai dengan penandatanganan empat nota kesepahaman (MoU) di bidang ekonomi yang disaksikan Presiden Prabowo dan PM Li Qiang. Pertama adalah MoU antara Bank Indonesia dan People's Bank of China mengenai pembentukan kerangka kerja sama untuk mendorong transaksi bilateral dalam mata uang lokal.

Kedua, antara Dewan Ekonomi Nasional dan "National Development and Reform Commission China" (NDRC) terkait kerja sama dalam kebijakan pembangunan ekonomi. Ketiga, melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI dan Kementerian Perdagangan China mengenai penguatan kerja sama ekonomi di bidang industri dan rantai pasok.

Keempat ditandatangani antara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Kementerian Perdagangan China, dan pemerintah Provinsi Fujian yang mencakup kerja sama dalam program "Two Countries Twin Parks". Sejarah panjang kendaraan listrik maupun hubungan diplomatik Indonesia-China memberikan setidaknya satu gambaran seperti peribahasa China Gé gù dǐng xīn yang artinya adalah “Meninggalkan yang lama, membangun yang baru.". Selamat 75 tahun hubungan diplomatik RI-China!

Sumber : Antara

Related Stories
Next Story
All Rights Reserved. Copyright @2019
Powered By Hocalwire