Kapolri: Demonstrasi di Pati berjalan terkendali
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan demonstrasi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, untuk memprotes kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen pada Rabu (13/8), berjalan terkendali.

Elshinta.com - Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan demonstrasi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, untuk memprotes kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250 persen pada Rabu (13/8), berjalan terkendali.
"Yang jelas, kemarin walaupun ada kegiatan anarkis, bisa terkendali," kata Kapolri saat ditemui di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis.
Dia mengatakan masyarakat Pati yang ingin bertemu dengan pimpinan dan anggota DPRD diterima dengan baik dan bisa menyampaikan aspirasinya.
Kendati demikian, Kapolri mengingatkan masyarakat untuk menyampaikan pendapat dengan tertib dan memanfaatkan saluran serta aturan-aturan yang ada dengan baik.
Jenderal polisi bintang empat itu memastikan bahwa Polri akan selalu memfasilitasi masyarakat yang ingin menyampaikan pendapat.
"Intinya Polri selalu memfasilitasi, memberikan ruang bagi masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan menyampaikan pendapat karena Polri tidak akan menghalangi," katanya.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Jateng Komisaris Besar Polisi Artanto membenarkan bahwa satu mobil yang dibakar dalam unjuk rasa adalah kendaraan Polri.
"Iya benar, dari aksi unjuk rasa anarkis tadi ada satu kendaraan Polri yang digulingkan oleh massa dan dibakar," katanya.
Dia mengatakan bahwa kepolisian akan menelusuri dan melakukan penyelidikan kasus tersebut.
Pada Rabu (13/8), warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, melakukan unjuk rasa menuntut Bupati Pati Sudewo mengundurkan diri dari jabatannya buntut dari polemik kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
Unjuk rasa warga tersebut digelar di kawasan Alun-alun Kota Pati, tepatnya di depan pintu masuk Pendopo Kabupaten Pati.
Massa dalam aksi tersebut mendesak Bupati Pati Sudewo mundur dari jabatannya karena dinilai bersikap arogan. Aksi itu pun berujung kericuhan dan bentrokan hingga polisi mengambil tindakan represif.