Kades 'Sultan' Majalengka beri kado istimewa untuk lansia di HUT ke-80 RI
Kepala Desa Kawunghilir, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Hj. Yosa Novita kembali meluncurkan program pada perayaan HUT ke-80 kemerdekaan RI.

Elshinta.com - Kepala Desa Kawunghilir, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Hj. Yosa Novita kembali meluncurkan program pada perayaan HUT ke-80 kemerdekaan RI.
Yosa mengaku di tahun ke empat masa kepemimpinannya, kali ini ia menggulirkan program peduli terhadap lansia bernama 'Nyaah ka Indung Jeung ka Bapa (sayang kepada ibu dan bapak)' sekaligus kado istimewa pada HUT ke-80 RI bagi warga Kawunghilir.
Kepada media ia menjelaskan, satu bulan sekali ia akan mendatangi warganya yang lansia dengan membawa makanan lengkap satu rantang yang bisa dimakan bukan hanya untuk sekali makan.
Menu yang rencananya akan dibuat sendiri oleh sang Kades tersebut. Berisi makanan yang cocok dengan lansia terutama dalam pemenuhan protein (daging), telur, dan juga sayur.
"Launching program saya ke-empat tahun menjadi Kepala Desa ini Nyaah ka Indung jeung ka Bapak. Kita memang harus sayang sama orang tua ya. Jadi makanya saya ada program ini Nyaah ka Indung Jeung ka Bapak," ungkap Yosa, Minggu (17/8/2025) malam.
Menurutnya, pemerintah sudah punya program Nyaah ka Indung, namun tidak ada untuk Bapaknya. Sehingga ia mengaku ingin merangkul dua duanya baik untuk ibu maupun bapak, yang sebulan sekali akan mendapatkan makanan sehat berprotein khususnya untuk warga masyarakat Kawunghilir.
"Kalau dari pemerintah itu kan Nyaah ka Indung aja. Kalau Nyaah ka Indung, Bapaknya bagaimana. Jadi kalau saya Nyaah ka Indung, Nyaah ka Bapak ini buat warga masyarakat Kawunghilir terutamanya. Jadi nanti sebulan sekali saya bikin makanan. Tapi yang istilahnya yang benar-benar berprotein.," ungkapnya.
Sementara nanti dalam teknisnya kata Yosa, para RT akan melakukan survei terhadap lansia yang sudah terdata, kemudian hasil survei tentang kondisi keseharian, makanan apa yang disukai dan tidak disukai.
"Misalkan lauk-pauk itu harus sesuai dengan kondisi si orang tua juga. Kalau memang dia nggak bisa makan daging, sebelum kita kasih, kita survei dulu. Kan ada orang yang nggak suka daging. Ada orang yang tidak suka telur." paparnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Enok Carsinah, Senin (19/8).
"Jadi sebelum kita kirim ke rumah penerima, nanti RT datang ke rumahnya dulu buat data. Apakah orangnya suka daging atau telur? Kadang ada orang yang tidak suka daging, ada orang yang tidak suka telur, atau ikan, ikan biasanya lumrah ya sama telur, tapi daging ada jarang-jarang juga, tapi kita sesuaikan dengan survei sama RT-RT nya," tambahnya.
Yosa juga menegaskan seperti beberapa program lainnya yang ia gagas. Program Nyaah ka Indung Jeung ka Bapa juga menggunakan dana pribadi bukan berasal dari kas desa
"Oh dari kantong pribadi. Kantong pribadi, jadi jangan sampai dikaitkan 'ah paling pakai dana desa', tidak. Karena uang dana desa dari pemerintah itu, adalah buat warga saya, buat pembangunan warga masyarakat Kawunghilir. Dan itu pun bukan di kepala desa yang pegang, tapi tetap di Bendahara. Jadi uang itu, jangan lah, jangan dipakai untuk kepentingan kepala desa, tidak boleh," tandasnya.
Yosa berharap, program Nyaah ka Indung Jeung ka Bapak dapat motivasi dan memberi pesan moral pada siapapun khususnya generasi muda agar menyayangi kedua orang tuanya. Orang tua, kata Yosa merupakan pintu sorga saat mereka ada di dunia.