Empat kandidat Ketum Iluni UI soroti sistem e-voting
Empat tim pemenangan kandidat Pemilihan Ketua Umum Ikatan Alumni (Iluni) Universitas Indonesia 2025–2028 menyampaikan dugaan adanya kelemahan dalam sistem e-voting berbasis aplikasi UI Connect, dan meminta panitia pemilihan melakukan audit digital menyeluruh.
Gedung rektorat UI. ANTARA/Feru LantaraElshinta.com - Empat tim pemenangan kandidat Pemilihan Ketua Umum Ikatan Alumni (Iluni) Universitas Indonesia 2025–2028 menyampaikan dugaan adanya kelemahan dalam sistem e-voting berbasis aplikasi UI Connect, dan meminta panitia pemilihan melakukan audit digital menyeluruh.
Mereka yang melayangkan secara resmi protes, yakni tim Muhammad Pradana Indraputra (No.2), Rapin Mudiardjo (No. 5), dr. Dewi Puspitorini (No. 6), serta pasangan Ivan Ahda & Andy Tirta (No.3)
Protes Tim Muhammad Pradana Indraputra. Dalam surat resmi yang ditandatangani Deny Giovanno, anggota Tim Kampanye Muhammad Pradana Indraputra, pihaknya menyoroti sejumlah kejanggalan dalam pelaksanaan e-vote yang berlangsung 23–24 Agustus 2025.
“Kami menemukan adanya individu yang tidak berhak memilih bahkan masih berstatus mahasiswa namun tetap bisa memberikan suara. Selain itu, terjadi serangan terhadap server UI Connect yang mengganggu kelancaran dan keamanan proses pemungutan suara. Banyak alumni juga tidak bisa menggunakan hak pilih karena kendala teknis,” ujar Deny di Kota Depok, Minggu.
Ia menegaskan bahwa temuan tersebut menimbulkan keraguan serius atas validitas hasil e-vote. Karena itu, pihaknya mendesak panitia untuk melakukan audit digital terbuka terhadap data pemilih, validitas pilihan, serta dampak serangan siber, sekaligus menunda pengumuman hasil pemilihan hingga audit selesai.
Kritik serupa juga datang dari kandidat lain.
Rapin Mudiardjo menilai sistem UI Connect belum sepenuhnya memenuhi prinsip keandalan, integritas data, keamanan, transparansi, serta akses setara bagi seluruh pemilih.
“Kami tidak melihat adanya langkah nyata dari panitia untuk memastikan pemilihan berlangsung adil dan kredibel,” tegasnya.
Dokter Dewi Puspitorini melalui timnya melayangkan somasi resmi, menyoroti dugaan keterbatasan akses data real-time bagi saksi maupun kandidat, laporan serangan siber, serta kendala teknis yang dialami sejumlah alumni.
Ia mendesak adanya akses dashboard real-time bagi semua kandidat dan keterlibatan auditor independen.
Ivan Ahda & Andy Tirta turut meminta audit forensik digital, setelah menemukan dugaan serangan DDoS sejak hari pertama e-vote, kendala kompatibilitas aplikasi di iOS dan Android, serta indikasi data pemilih yang dianggap tidak wajar.
Mereka juga mengusulkan penundaan penutupan e-vote hingga proses audit selesai.
Dari seluruh kandidat yang menyampaikan keberatan, terdapat benang merah tuntutan yang sama, yakni perlunya audit digital forensik independen, transparansi penuh atas data suara dan aktivitas sistem, akses yang setara bagi kandidat, serta penundaan pengesahan hasil hingga verifikasi tuntas dilakukan.
Hingga kini, Panitia Pemilihan ILUNI UI 2025 belum memberikan tanggapan resmi atas surat keberatan tersebut.
Dengan adanya berbagai laporan dugaan gangguan teknis, publik alumni UI kini menantikan langkah konkret dari panitia untuk memastikan proses demokrasi internal organisasi berjalan adil, transparan, dan tetap menjunjung asas praduga tak bersalah terhadap semua pihak.




