Bontang Mangrove Park, eduwisata yang menenangkan pikiran

Titian ulin Bontang Mangrove Park dengan panjang 2,15 kilometer membentang di hutan mangrove seluas 279 hektare. ANTARA/Ahmad Rifandi.
Titian ulin Bontang Mangrove Park dengan panjang 2,15 kilometer membentang di hutan mangrove seluas 279 hektare. ANTARA/Ahmad Rifandi.
Semilir angin membawa aroma khas air payau dan tanah basah menyambut siapa saja yang melangkahkan kaki ke gerbang Bontang Mangrove Park (BMP), bagian dari Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur.
Seketika, ingar-bingar kehidupan kota seolah sirna, digantikan ketenangan yang merasuk hingga ke kalbu.
Jembatan kayu ulin yang membentang kokoh dengan panjang keliling 2,15 kilometer menjadi satu-satunya penuntun, menusuk hamparan hijau dedaunan mangrove yang rimbun.
Di atasnya, kanopi hijau rapat menciptakan lorong yang teduh, melindungi dari sengatan matahari kawasan ekuator, sembari memperdengarkan dengungan alam: kicau burung, gesekan daun, dan riak air.
Itulah sambutan pertama dari hutan kebanggaan masyarakat Bontang, sebuah wahana ekologis seluas 279 hektare di Jalan Cut Nyak Dien, Bontang Utara.
Bontang Mangrove Park selain wahana wisata juga ruang kelas alam terbuka, benteng pertahanan pesisir, sekaligus denyut ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Nama Bontang Mangrove Park sendiri diresmikan oleh Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni sejak 19 Maret 2018.
"Kawasan ini adalah wisata yang banyak bersentuhan dengan hutan mangrove. Anak-anak kita bisa belajar banyak tentang alam," ujar Budi Isnaini, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur.
Pernyataannya menegaskan konsep yang diusung Bontang Mangrove Park sejak awal, yakni conservation, education, dan adventure.
Di sepanjang jembatan kayu, papan-papan informasi edukatif terpasang, memperkenalkan pengunjung pada beragam jenis mangrove yang menjadi tuan rumah di sana, seperti Rhizophora sp, Bruguiera sp, Avicennia sp, Sonneratia sp, dan Ceriop sp.
Jika beruntung, pengunjung dapat menemukan satwa bekantan, monyet ekor panjang, burung madu bakau, gajahan penggala, hingga bangau tong-tong.
Keberadaan Mangrove Park ialah penguat status Indonesia sebagai negara dengan hutan mangrove terluas di dunia. Peta Mangrove Nasional yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat total luas mangrove Indonesia mencapai 3.364.076 hektare.
Namun, angka ini bukanlah jaminan. Ancaman konversi lahan menjadi pemukiman atau kepentingan komersil lainnya terus membayangi, membawa risiko abrasi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan tergerusnya sumber ekonomi warga.
Di sinilah peran vital Mangrove Park terasa begitu nyata. Secara ekologis, jejaring akarnya yang kokoh menjadi perisai alami yang membentengi daratan dari gempuran ombak.
Akar-akar tersebut juga berfungsi layaknya jaring raksasa yang menjerat sedimen, membantu proses pembentukan daratan baru, serta mempercepat penguraian limbah organik dan kimia yang dapat mencemari laut.
Manfaat ini tidak berhenti pada ekologi semata. Sebuah studi oleh Rina Marsela Safitri dan kawan-kawan, menaksir nilai ekonomi kawasan wisata Bontang Mangrove Park mencapai angka fantastis, yakni Rp6,47 miliar per tahun.
Dari aktivitas wisata track mangrove dan berperahu, BMP mampu menyumbang pendapatan sebesar Rp117,12 juta kepada masyarakat dalam periode tiga bulan saja.
Bagi banyak warga sekitar, hutan mangrove ini adalah ladang penghidupan, tempat mereka menggantungkan asa melalui berbagai usaha di sektor pariwisata. Kehilangannya akan memicu dampak beruntun yang merugikan lingkungan, biodiversitas, dan kesejahteraan masyarakat.
Kabar baiknya, kesadaran untuk menjaga aset berharga ini terus tumbuh. Data menunjukkan adanya tren positif yang signifikan. Analisis yang dilakukan oleh Eko Harjanto pada tahun 2019 mengungkap bahwa tutupan lahan mangrove di BMP justru mengalami pertambahan luas dari 84,67 hektare pada tahun 2002 menjadi 189 hektare pada tahun 2018. Hingga mencapai luasan 279 hektare pada saat ini, terdiri dari 211 hektare mangrove primer dan 68 hektare mangrove sekunder.
Model kolaborasi konservasi
Bontang Mangrove Park (BMP) baru-baru ini juga mencuri perhatian rombongan anggota Komisi IV DPR RI yang datang berkunjung. Mereka tak sekadar melancong, tapi benar-benar kagum dengan model konservasi yang dibentuk dari kolaborasi.
Bayangkan, sebuah hutan mangrove yang tak hanya rimbun dan asri, tetapi juga berhasil menghidupi masyarakat sekitarnya.
Inilah yang membuat Bontang Mangrove Park menjadi sorotan para legislator pusat. Rombongan DPR yang dipimpin oleh Panggah Susanto ini datang untuk melihat langsung "resep" pengelolaan hutan mangrove yang rapi di Bontang.
Setelah berkeliling, berdiskusi, dan menanam pohon sebagai simbol komitmen, mereka pun menemukan jawabannya. Rahasianya terletak pada gotong royong. Mangrove Park membuktikan kalau pemerintah, perusahaan swasta, dan masyarakat lokal bisa bekerja bareng.
Menurut Kepala Balai Taman Nasional Kutai, Syaiful Bahri, dukungan dari pemerintah daerah dan mitra perusahaan membuat kawasan ini berkembang pesat.
Hasilnya bukan main. Mangrove Park di Bontang menjadi salah satu destinasi unggulan, yang artinya pemasukan untuk negara dan daerah ikut naik. Warung-warung jadi laku, penyedia jasa tur tersenyum, dan ekonomi warga sekitar pun ikut menggeliat. Singkatnya, alam lestari, masyarakat sejahtera.
Saking terkesan, Wakil Ketua Komisi IV DPR, Panggah Susanto, sampai melontarkan pujian. Ia menyebut Bontang Mangrove Park sebagai salah satu hutan mangrove terbaik yang pernah ia kunjungi.
"Ini contoh keren kolaborasi yang berhasil. Harusnya model seperti di Bontang ini bisa ditiru di tempat-tempat lain di Indonesia," ujarnya.
Tentu saja, perjalanan ini tidak selalu mulus. Masih ada tantangan seperti penebangan liar atau risiko kebakaran hutan di kawasan yang lebih luas. Namun, mereka tidak tinggal diam dan sudah menyiapkan berbagai solusi, mulai dari penegakan hukum hingga mengajak masyarakat lebih aktif menjaga lewat program ekowisata.
Kabar baiknya tidak berhenti di situ. Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas'ud bahkan punya ide untuk menanam pohon Paulownia, jenis pohon yang super cepat menyerap karbon sekaligus punya nilai ekonomi tinggi.
Menjaga alam yang hijau sama halnya dengan merawat ketenangan akal. Mangrove Park adalah penegasan bahwa melestarikan alam itu sangat bisa sejalan dengan menyejahterakan rakyat. Bontang sudah membuktikannya.