Mal masih menjadi alternatif yang menyenangkan untuk anggota keluarga menghabiskan waktu berlibur, khususnya akhir pekan. Banyak orang tua yang jalan-jalan ke mal membawa putra-putrinya yang masih balita. Selain berbelanja dan makan minum, bioskop adalah salah satu tujuan untuk menghibur diri menonton film yang sedang tayang.
Masalahnya adalah pada saat orang tua memutuskan untuk menonton film pilihan mereka, ternyata film tersebut masuk kategori D (Dewasa), bukan film berkategori SU (Semua Umur). Entah karena masih lemahnya kesadaran, belum mengerti, atau kurang pekanya terhadap kategori film, seringkali mereka tetap mengajak putra-putrinya yang masih balita ikut menonton film tersebut.
Masalah pun muncul, anak balita menangis ketakutan melihat adegan seram dan kekerasan yang akan mengganggu penonton lain. Belum lagi jika ada adegan romantis atau sedikit berbau mesum. Bisa menimbulkan trauma, dan lain-lain. (Untuk hal tersebut perlu klarifikasi psikolog tentunya.) Dalam hal ini, pihak bioskop harus tegas melarang orang tua membawa anak-anaknya yang belum cukup umur untuk menonton film dewasa.
Gagasan saya terhadap masalah tersebut adalah, jika memang orang tua sudah terlanjur ingin menonton film yang bukan untuk semua umur, namun terlanjur membawa anak-anaknya bersama mereka, maka sudah sepantasnya pihak bioskop mempunyai tempat penitipan anak, layaknya ‘day-care’ yang selama ini digunakan oleh orang tua untuk menitip anaknya saat mereka bekerja. Toh hanya sekitar 2 jam saja selama pertunjukan film berlangsung. Pihak bioskop dapat saja mengenakan tiket sebesar HTM film tersebut sebagai biaya penitipan balita mereka.
Dengan begitu, anak-anak tetap bisa fun bermain di area bioskop bersama pengasuh balita yang profesional, sedangkan orang tua mereka juga bisa lebih tenang menonton, tanpa harus memikirkan apakah ada adegan yang tidak pantas untuk ditonton oleh anak-anak mereka. Semoga sinektika saya ini memberi gagasan kepada para pengelola mal dan bioskop, demi menjaga masa depan generasi bangsa kita dari adegan kekerasan, kebencian, pornografi, dan masih banyak hal lain yang mungkin ditampilkan di dalam film tersebut.
Sawangan, 7 Mei 2018
I WAYAN HARDJANA