Dari pematang sawah ke bangku Sekolah Rakyat, Fajri bercita-cita menjadi tentara
Foto : Humas Kemensos
Agus Alfajri, siswa Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 5 Solok, menjalani masa kecil dengan membantu orang tuanya di sawah. Sepulang sekolah, ia terbiasa mencari rumput di pematang sawah untuk pakan ternak dan sebagian dijual guna menambah penghasilan keluarga.
Anak bungsu dari enam bersaudara ini hidup dalam keterbatasan ekonomi. Ayahnya bekerja sebagai petani dengan penghasilan yang tidak menentu, sehingga kebutuhan sehari-hari kerap tidak tercukupi. Kondisi tersebut sempat membuat pendidikan Agus terancam terhenti di Jorong Koto Baru Tambak. Namun, ia tetap berupaya membantu orang tuanya. “Saya kasihan sama Bapak. Punggungnya kena panas, kadang lebam,” ucap Agus.
Setiap hari Agus bangun sejak pukul 05.00 pagi. Setelah pulang sekolah, ia pergi ke sawah, lalu mandi dan mengaji di surau dekat rumah. Aktivitas yang padat membuat waktu belajarnya terbatas dan pola makan tidak selalu teratur. “Makannya sehari-hari, kadang-kadang sekali, kadang-kadang dua kali. Kadang beras tidak mencukupi untuk makan siang,” kenangnya.
Perubahan terjadi ketika Agus diterima sebagai siswa di SRMP 5 Solok. Meski awalnya merasa berat berpisah dengan orang tua, ia mulai beradaptasi dengan lingkungan sekolah. “Hari-hari pertama saya sedih terus. Rindu Bapak dan Ibu,” katanya. Seiring waktu, ia merasa lebih nyaman mengikuti kegiatan belajar. “Setelah beberapa hari, saya merasa bahagia. Temannya baik-baik semua. Gurunya baik-baik,” ujarnya.
Di SRMP 5 Solok, Agus menjalani kegiatan belajar dengan lebih teratur, mulai dari pola makan, waktu istirahat, hingga fasilitas pendidikan. Kondisi tersebut mendorong semangat belajarnya, bahkan ia dipercaya menjadi Ketua OSIS. Ia memiliki cita-cita menjadi tentara dan berharap dapat membanggakan orang tuanya.
“Terima kasih kepada Bapak Prabowo, Kementerian Sosial, dan Kepala Sekolah yang sudah memberi fasilitas kepada saya sampai saya bisa seperti sekarang,” ucapnya.
Rizki Rian Saputra

