Diskominfo Tangerang imbau warga waspadai tautan phishing
Kepala Diskominfo Kota Tangerang Mugiya Wardhany saat memberikan sambutan di Puspemkot beberapa waktu lalu. ANTARA/HO-Pemkot Tangerang.
Masyarakat Kota Tangerang, Banten diimbau mewaspadai link phising atau tautan palsu dengan ciri, di antaranya mendesak pengguna untuk segera mengklik tautan menggunakan kalimat seperti segera verifikasi atau akun anda akan diblokir.
"Link phising dapat mencuri data pribadi pengguna internet. Waspadai adanya pengiriman tautan yang dapat mencuri data pribadi kita," kata Kepala Diskominfo Kota Tangerang Mugiya Wardhany di Tangerang, Minggu.
Ia mengatakan link phising biasanya dibuat sangat mirip dengan situs resmi. Tujuannya untuk mengelabui pengguna agar tanpa sadar memberikan informasi penting, seperti kata sandi, PIN atau nomor rekening.
"Karena itu, masyarakat harus lebih berhati-hati sebelum mengklik tautan apa pun,” kata Mugiya dalam keterangannya.
Ia menjelaskan maraknya kasus pencurian data pribadi di dunia digital disebabkan masih rendahnya kewaspadaan pengguna dalam memeriksa keaslian tautan atau pesan yang mereka terima.
Oleh karena itu, kegiatan edukasi literasi digital yang dilakukan Diskominfo Kota Tangerang bertujuan agar masyarakat terhindar dari potensi kejahatan siber.
“Kami tidak hanya mengandalkan sistem keamanan pemerintah, tapi juga ingin membangun kesadaran bersama. Perlindungan data pribadi dimulai dari kebiasaan pengguna itu sendiri,” imbuhnya.
Menurut Mugiya, edukasi keamanan digital menjadi bagian dari komitmen Pemkot Tangerang dalam melindungi warganya di ruang siber, terutama di tengah meningkatnya aktivitas digital masyarakat.
Selain itu, masyarakat juga diajak untuk tidak membagikan data pribadi kepada pihak yang tidak dikenal serta segera melaporkan situs atau akun mencurigakan melalui kanal aduan resmi.
“Kalau ada tautan yang mencurigakan, jangan langsung klik. Pastikan alamat situsnya benar dan aman,” katanya.
Sementara itu, ciri link phising yang wajib diwaspadai adalah alamat situs mencurigakan, menggunakan ejaan yang mirip situs resmi, namun dengan tambahan karakter atau huruf.
Meminta data pribadi secara langsung, seperti password, OTP atau nomor kartu identitas. Tampilan situs tidak profesional, berisi banyak kesalahan penulisan atau gambar buram.
Tidak menggunakan protokol keamanan HTTPS di awal tautan. Menawarkan hadiah atau promosi tidak masuk akal, seperti undian palsu. Berasal dari pengirim tidak dikenal, baik melalui pesan teks, email, atau media sosial.