Fadli: Wastra Jepang dan Nusantara berakar pada nilai yang sama
Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat membuka pameran “Jalinan Waktu: Pewarnaan dan Tenunan Wastra Indonesia dan Jepang” di Jakarta. ANTARA/HO-Kementerian Kebudayaan
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyampaikan bahwa meskipun bahan dan teknik wastra antara Indonesia dan Jepang berbeda, namun tradisi kedua negara memuliakan prinsip yang sama.
Baik melalui songket maupun shibori, melalui ikat atau yuzen, menurutnya semua karya ini berbagi satu esensi keselarasan dengan alam.
"Karya-karya tersebut mencerminkan pencarian manusia untuk menciptakan keindahan yang menghubungkan bumi, jiwa, dan generasi penerus," ujar Menbud saat dikonfirmasi Antara dari Jakarta, Sabtu.
Dalam pameran bertajuk “Jalinan Waktu: Pewarnaan dan Tenunan Wastra Indonesia dan Jepang”, sebanyak 26 koleksi wastra Jepang dari Museum Nasional Tokyo dipamerkan di Museum Nasional yang sebagian besar berupa kimono.
Menbud menyampaikan pameran ini adalah kolaborasi antara Museum dan Cagar Budaya dan Museum Nasional Tokyo, dua institusi yang memikul tanggung jawab besar dalam melestarikan dan merayakan warisan budaya.
Hubungan antara Indonesia dan Jepang yang terjalin melalui sejarah panjang dan terus berkembang, cukup kuat untuk membawa kenangan, makna, dan persahabatan lintas generasi.
"Kedua negara kita menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1958, dan selama hampir tujuh dekade kita telah membangun kemitraan yang saling menguntungkan, yang terus tumbuh semakin kuat di berbagai bidang. Di jantung hubungan ini terletak budaya yang hadir lebih awal daripada bentuk kerja sama lainnya, dan terus menjadi fondasi kepercayaan, saling menghormati, dan persahabatan antara masyarakat kita," lanjut Menteri Fadli Zon.
Kolaborasi seperti ini menurut Menbud yang menjadikan Konstitusi Indonesia dan Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, terasa nyata. Upaya ini memperkuat diplomasi budaya, sekaligus mendorong ekonomi budaya yang inklusif dan berkelanjutan bagi komunitas tekstil kita.
"Saat kita menatap ke depan menuju 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang pada tahun 2028, kolaborasi ini memberikan arah bahwa budaya adalah dialog yang hidup, yang harus terus dipelihara melalui pengelolaan bersama," katanya.
Chargée d'affaires Kedutaan Besar Jepang Myochin Mitsuru mengatakan, di antara (objek) pameran, batik, yang diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO, telah mendapat apresiasi luas di Jepang karena signifikansi budayanya.
Pameran ini menurutnya juga membandingkan tekstil Indonesia, seperti batik dan Ikat, dengan teknik pewarnaan dan tenun Jepang, yang menyoroti tradisi kedua negara dan sejarah yang terus berlanjut hingga kini.
Pameran “Jalinan Waktu: Pewarnaan dan Tenunan Wastra Indonesia dan Jepang” dibuka untuk umum mulai 25 Oktober hingga 7 Desember 2025. Selama periode pameran, setiap akhir pekan akan digelar berbagai lokakarya budaya Jepang.