Kualitas udara Jakarta tidak sehat
Warga berolahraga saat Hari Bebas kendyaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (12/10/2025). Pemprov DKI Jakarta berencana melakukan pemetaan titik-titik strategis untuk pelaksanaan Car Free Day atau HBKB di lima wilayah administrasi yang didasarkan pada data kualitas udara sebagai upaya pengendalian polusi udara di ibu kota. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/agr
Kualitas udara di Jakarta pada Senin pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki peringkat kelima sebagai kota dengan udara terburuk di dunia dan warga diimbau mengenakan masker ketika beraktivitas di luar ruangan.
Menurut situs pemantau kualitas udara IQAir yang dipantau di Jakarta, Senin pukul 06.00 WIB, kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan angka 160 mengacu pada penilaian PM2,5 dengan nilai konsentrasi 68,5 mikrogram per meter kubik.
Konsentrasi sebanyak itu setara 13,7 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). PM 2,5 adalah partikel udara yang berukuran kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).
Situs tersebut merekomendasikan terkait kondisi udara di Jakarta. Kelompok sensitif sebaiknya tidak beraktivitas di luar ruangan.
Selain itu, bagi kelompok sensitif juga sebaiknya menggunakan masker. Begitu juga bagi masyarakat umum ketika beraktivitas di luar ruangan lebih baik menggunakan masker.
Laman resmi yang sama menyatakan bahwa Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia urutan kelima. Sementara posisi puncak, yaitu Kota Kolkata (India) dengan angka 186.
Sementara itu, situs resmi milik Pemprov DKI Jakarta, yaitu udara.jakarta.go.id menunjukkan bahwa rerata kualitas udara di Jakarta pada hari yang sama masuk kategori baik dan sedang.
Dari 111 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang tersebar di DKI Jakarta menunjukkan hanya satu titik memperlihatkan bahwa kualitas udara masuk kategori tidak sehat, yaitu SPKU yang berada di Pondok Ranggon di angka 108.