Lumpur jadi tantangan nakes pulihkan layanan kesehatan di Aceh Tamiang
Ilustrasi: Keadaan di ruang informasi RSUD Muda Sedia Aceh Tamiang masih dipenuhi lumpur setinggi 50 cm pasca banjir hingga melumpuhkan pelayan medis di RS milik pemda Aceh Tamiang tersebut, Selasa (9/12/2025). ANTARA/Dede Harison
Relawan dan juga tenaga kesehatan (nakes) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Yogi Prabowo mengungkapkan ketebalan lumpur menjadi salah satu kendala utama dalam memulihkan akses kesehatan untuk masyarakat Aceh Tamiang.
"Tantangan medis terbesar adalah pembersihan lumpur yang mengenai fasilitas kesehatan. Karena lumpurnya begitu tebal, hingga empat minggu ini juga faskes-faskes ini masih banyak yang berlumpur dan belum bersih," kata Yogi.
Yogi menjelaskan pembersihan yang dilakukan terhadap fasilitas kesehatan (faskes) juga tidak bisa dilakukan secara terpisah, sebab para warga yang datang ke faskes berasal dari berbagai wilayah yang juga tertutup lumpur.
"Seandainya pun dibersihkan, jalanannya masih berlumpur, sehingga, nanti tetap akan kotor lagi, karena pasien keluar masuk dan juga para pengungsi yang berobat, (nantinya) juga akan kotor lagi," jelas dia.
Ketua Divisi Pengabdian Masyarakat & Bantuan Kebencanaan Ikatan Alumni (Iluni) FKUI itu melanjutkan tantangan selanjutnya adalah banyaknya peralatan di fasilitas kesehatan yang rusak.
Mengingat hal tersebut, ia menyebut pemulihan dari sisi sarana dan prasarana tidak bisa langsung dilakukan dalam waktu singkat.
Selanjutnya Yogi memaparkan kesehatan lingkungan menjadi tantangan selanjutnya, dimana keterbatasan air bersih dan makanan menyebabkan banyak masalah kesehatan lingkungan.
"Sehingga, selain pengungsi ataupun masyarakat terdampak, kami juga berisiko untuk terkena penyakit seperti diare dan sudah terjadi itu pada beberapa relawan kami. Mereka ada dua orang yang terkena diare, tapi ya Alhamdulillah tidak berat," ucap Yogi Prabowo.
Oleh karena itu Yogi menekankan para tenaga kesehatan di berbagai lokasi terdampak bencana Sumatera perlu senantiasa berupaya keras untuk bekerja secara maksimal untuk memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat terdampak bencana, demi memulihkan kondisi di lokasi bencana.


