Mendiktisaintek pastikan posko kampus bantu korban bencana Sumatera
Foto udara limpahan banjir bandang di kawasan Pasar Baru, Padang, Sumatera Barat, Jumat (28/11/2025). Banjir bandang terjadi pada Jumat (28/11/2025) dini hari dan semakin meluas akibat jebolnya bendungan Gunung Nago di Pauh, sehingga mengakibatkan jembatan putus, sejumlah rumah rusak dan warga mengungsi. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/sgd
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto menegaskan kontribusi perguruan tinggi dalam penanganan bencana melalui 28 posko bencana perguruan tinggi dan 11 perguruan tinggi pendukung dalam Program Pengabdian kepada Masyarakat Tanggap Darurat Bencana.
"Perguruan tinggi bukan hanya pusat ilmu pengetahuan, namun juga kekuatan kemanusiaan," kata Mendiktisaintek melalui keterangan di Jakarta, Sabtu.
Menteri Brian menegaskan kehadiran akademisi, peneliti, dan mahasiswa di lapangan menjadi wujud nyata bahwa ilmu, teknologi, dan inovasi harus bekerja untuk masyarakat, khususnya dalam situasi darurat seperti yang terjadi di Sumatera.
"Kami memastikan seluruh sumber daya perguruan tinggi bergerak cepat, terkoordinasi, dan tepat sasaran," ujar Brian.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemdiktisaintek, Khairul Munadi menyatakan Kemdiktisaintek dalam tanggap darurat, secara aktif berkoordinasi intensif dengan pihak kampus di berbagai wilayah.
Hal tersebut dilakukan agar penyaluran bantuan tepat sasaran, dan termonitor dengan baik karena di setiap lokasi terdampak bencana juga ada kampus yang menyiapkan relawan dan bantuan.
"Seperti di Aceh ini, ada beberapa Posko bencana yang telah didirikan oleh kampus, seperti Universitas Syiah Kuala yang mendirikan Posko di Pidie, Bireuen, dan Meulaboh," ujarnya.
Menurut Dirjen Dikti, keberadaan Posko ini menjadi upaya agar dukungan dan aktivitas operasi tanggap darurat bencana dapat lebih optimal dan tepat sasaran, khususnya dalam membantu masyarakat di wilayah sekitarnya.
"Lokasi pembangunan posko serta penempatan relawan mulai tenaga medis, relawan logistik, dan dukungan teknis, akan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan agar respons kemanusiaan dapat berlangsung lebih efisien, cepat, dan tepat sasaran. Perluasan jaringan posko juga berorientasi pada pemetaan kebutuhan di wilayah terdampak lainnya. Ini penting agar akses bantuan lebih merata," ungkap dia.
Diketahui, salah satu kampus yang berperan khususnya di wilayah Aceh adalah Universitas Syiah Kuala (USK), yang telah memberikan dukungan lapangan dengan mengirimkan empat surveyor, dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) ke Kabupaten Pidie Jaya.
USK juga mengerahkan 15 dokter residen dari berbagai spesialisasi untuk memperkuat layanan medis, sekaligus menjadi tim pertama yang tiba dan mengambil alih operasional layanan darurat di RSUD Meureudu-Pidie Jaya setelah Cyclone Senyar melanda sejumlah wilayah Aceh.
Tenaga medis yang dikerahkan terdiri atas disiplin bedah, anak, anestesi, ilmu penyakit dalam, dan ortopedi.
Selain USK, upaya tanggap darurat lainnya juga telah dilakukan melalui pendistribusian bantuan oleh Universitas Teuku Umar (UTU) dengan menyalurkan bantuan hingga ke wilayah Kecamatan Woyla dan Pante Ceureumen di Kabupaten Aceh Barat, serta Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang di Kabupaten Nagan Raya, yang hingga saat ini masih menjadi lokasi prioritas, karena belum sepenuhnya menerima dukungan bantuan.